SOLOPOS.COM - Pekerja normalisasi mengeruk saluran irigasi Jaban di Sekaran, Wonosari, Klaten, Selasa (11/9/2012).(Espos/Iskandar)


Pekerja normalisasi mengeruk saluran irigasi Jaban di Sekaran, Wonosari, Klaten, Selasa (11/9/2012).(Espos/Iskandar)

KLATEN–Irigasi ratusan hektare sejumlah sawah Kecamatan Wonosari dan Juwiring, Klaten Kacau. Sementara itu Kepala Desa Sekaran, Wonosari, Klaten, Hery Tri Marjono mengaku mendapat semprot dari para petani di
desanya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Kacaunya irigasi itu akibat ada pengerukan saluran irigasi Jaban di Wonosari untuk normalisasi. Yang saya sesalkan kenapa kok tidak ada sosialisasi terlebih dahulu? Ini kan menyusahkan petani, akibatnya saya kena damprat petani karena banyak yang kesulitan mendapat air untuk mengairi tanaman padi mereka,” ujar Hery ketika ditemui Solopos.com di Kecamatan Wonosari, Selasa (11/9/2012).

Menurut dia di Wonosari kira-kira ada tujuh desa yang kesulitan mendapat air untuk irigasi sawah. Desa-desa itu adalah Sekaran,
Lumbungkerep, Ngreden, Pandanan, Jlobo, Kingkang dan Sidowarno. Selain itu ada dua desa di Kecamatan Juwiring yang juga terdampak adalah Desa Carikan dan Taji.
Hery menjelaskan jika luas seluruh areal sawah di sembilan desa itu dijumlah diperkirakan mencapai ratusan hektare. Sebab jumlah sawah di wilayahnya yang terdampak normalisasi Saluran Jaban sebanyak 75
hektare.

Dia mengatakan pengerukan saluran irigasi itu sudah berlangsung selama tiga pekan. Selama itu pula, papar dia, para petani di desanya hanya bisa mengairi sawah di malam hari.
Pengairan pada malam hari itu pun, kata dia, tak bisa membuahkan hasil maksimal.

Karena debit air yang ada di saluran irigasi dinilai terlalu kecil dan yang membutuhkan cukup banyak, sehingga harus digilir. Sedangkan Kades Sidowarno, Rujito mengatakan para petani di desanya kini harus menggunakan sumur air tanah untuk mengairi tanaman padi di sawah masing-masing. Karena sudah beberapa pekan ini air irigasi tidak sampai ke desanya.

“Saluran irigasi di desa kami kering. Karena itu untuk mengairi tanaman padi di sawah, petani harus menggunakan disel. Bagi yang tidak punya tentu harus menyewa disel kalau tidak ingin tanaman padinya kekurangan air,” ujar Rujito menegaskan.

Dia mengakui penggunaan disel untuk memompa air untuk mengairi tanaman padi menuntut biaya ekstra. Namun hal itu tetap dilakukan para petani. Sebab kalau tak memanfaatkan disel untuk memompa air, tanaman padi mereka dikhawatirkan akan mati.

“Musim kemarau sekarang ini kan panas sekali. Jadi kalau tanaman padi petani tidak diari, apa tidak mati kekeringan?” ujar Rujito menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya