SOLOPOS.COM - Persis Solo (istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pendaftaran calon Ketua Umum (Ketum), Wakil Ketua Umum (Waketum), dan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI periode 2019-2023 telah ditutup, Kamis (3/10/2019). Komite Pemilihan (KP) PSSI menerima 120 pendaftar untuk tiga posisi tersebut.

Para pendaftar akan berebut suara untuk mendapatkan dukungan terbatas pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang bakal bergulir pada 2 November 2019. Sebanyak 10 di antara mereka mengajukan diri sebagai calon Ketum PSSI.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menariknya, salah satu sosok yang masuk dalam daftar tersebut adalah investor baru Persis Solo, Vijaya Fitriyasa. Selain masuk daftar calon ketum, Vijaya juga masuk daftar calon waketum PSSI bersama 19 orang lainnya.

Pengusaha asal Jakarta itu telah diumumkan kepada publik Solo sebagai investor baru Persis dengan kepemilikan saham sebesar 70 persen di PT Persis Solo Saestu (PSS). Vijaya membeli saham itu dari pemilik saham mayoritas PT PSS sebelumnya, PT Syahdana Property Nusantara (SPN), yang menguasai 90 persen saham.

Setelah dibeli Vijaya, PT SPN masih memiliki 20 persen saham di PT PSS. Namun, langkah itu membuat sebagian publik sepak bola Solo memberikan poin negatif kepada Vijaya. Mantan Wakil Presiden Pasoepati, Ginda Ferachtriawan, menilai Persis hanya menjadi batu loncatan atau tunggangan bagi Vijaya untuk melenggang ke kursi PSSI 1 atau PSSI 2.

“Setelah Persis gagal menang saat melawan Persewar Waropen, tidak ada statemen apa pun dari beliau soal hal itu. Tapi yang terlihat justru langkahnya mencalonkan diri menjadi ketum PSSI. Silakan publik menyimpulkan,” ungkap Ginda saat dihubungi Solopos.com, Minggu (6/10/2019).

Ginda menilai saat Vijaya ke Solo bertemu stakeholders, khususnya suporter dan pers beberapa waktu lalu, Vijaya tak membawa konsep dan rencana yang konkret. Menurutnya, wacana membeli bekas mes Arseto Solo untuk Persis adalah hal yang terlalu muluk.

“Itu kan bangunan sudah masuk cagar budaya. Dulu ada yang beli, down payment-nya saja Rp25 miliar. Tapi gagal dibangun karena itu cagar budaya. Kan lebih realistis, kalau memang ada dana segitu besar untuk membangun di tempat lain,” terang anggota Komisi I DPRD Kota Solo tersebut.

Selain itu, langkah penunjukan pelatih baru pada laga-laga akhir Persis menurut Ginda bukan kebijakan strategis. Hal itu bahkan bisa membuat keseimbangan tim buyar. “Saya tidak ingin Persis hanya jadi alat. Kami, suporter ingin Persis dikelola dengan profesional demi kemajuan sepak bola Kota Solo dan Indonesia,” kata dia tegas.

Baca Juga: Pasoepati Tolak Pembentukan Persis Solo Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya