SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar modal (JIBI/Bisnis Indonesia)

Indonesia Investment Festival (Investival) digelar untuk mengajak jeli dan mengenali investasi ilegal agar tidak terjerumus

Harianjogja.com, SLEMAN–Indonesia Investment Festival (Investival) digelar di Jogja City Mall pada 21-23 Oktober 2016. Masyarakat diajak jeli dan mengenali investasi ilegal agar tidak terjerumus.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengungkapkan, Investival tepat jika dipandang sebagai lowcost investmen untuk meningkatkan literasi dari less literate ke well literate.

Ia menyebutkan, meskipun tingkat utilitas jasa keuangan di mendekati 60% tetapi masih untuk sektor perbankan. Sebesar 20% masih less literate. Sosialisasi ini perlu dilakukan untuk membuka kotak pandora akan kebutuhan masyarakat terhadap investasi berbiaya rendah.

“Sosialisasi ini penting karena akhir-akhir banyak inevstasi ilegal dengan tawaran keuntungan yang tidak masuk akal. Sebagai langkah preventif, perlu dikenali karakteristik produk investasi ilegal,” papar dia dalam pembukaan Ivestival di JCM, Sleman, Jumat (21/10/2016).

Ia menjelaskan, selain tawaran return yang overpricing, produk ivestasi ilegal mengaku akan dijamin dengan bentuk instrumen tertentu seperti emas, giro, pihak terpercaya dari bank, dan lainnya.

Selain itu, mereka menggunakan nama perusahaan secara tidah sah untuk meyakinkan investor dan dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account agar mudah diselewengkan.

Bersambung halaman 2


Pelaku investasi ilegal sering memainkan money game misalnya tidak ada produk yang dijual. Kaluapun ada, harga produk terlalu tinggi.

Kemudian, bonus aktif didapatkan dari member get member, bonus pasif dari total nilai investasi, pay out hasil tidak masuk akal. Investor boleh memiliki lebih dari satu akun untuk bergabung berkali-kali dan perusahaan tidak punya Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL).

Deputi Komisioner OJK Pengawas Pasar Modal I Sarjito mengatakan, hasil Survei Nasional  Literasi dan Inklusi Keuangan 2013 menunjukkan tingkat literasi masyarakat terhadap industri pasar modal lebih rendah dibandingkan industri lainnya.

Tingkat literasi masyarakat hanya 3,79% dan indeks inklusi masyarakat terhadap produk dan layanan pasar modal sebesar 0,11%. Sementara itu, tingkat literasi masyarakat di sektor pegadaian sebesar 14,85% dengan tingkat inklusi sebesar 5,04%.

“Untuk pasar modal, kondisi ini sangat berbahaya mengingat komposisi di Indonesia untuk saham 64 persen dimiliki asing. Kalau ada gejolak finansial di luar negeri dan mereka pull out dana mereka, kita bisa ambruk,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya