SOLOPOS.COM - Lahan pertanian yang terletak di barat Balai Desa Langenharjo, Grogol, Sukoharjo, ini kabarnya akan digunakan untuk lokasi pembangunan perguruan tinggi swasta (PTS). Investasi besar-besaran di Solo Baru membuat harga tanah melambung. Foto diambil pekan lalu. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Gencarnya pembangunan fisik di kawasan Solo Baru (Soba), Grogol, Sukoharjo, membuat harga tanah di wilayah tersebut melambung setinggi langit, tiga tahun terakhir.

Camat Grogol, Agustinus Setiyono, mengungkapkan harga tanah di dekat Jl. Ir. Soekarno Soba, sudah mencapai Rp20 juta-Rp25 juta per meter persegi. Padahal beberapa tahun sebelumnya harga tanah di kawasan itu baru di kisaran Rp7 juta per meter persegi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati harga tanah melambung tinggi, menurut camat, investor tetap melirik Soba sebagai peluang bisnis. Hal itu menurut dia lantaran letak Soba yang sangat strategis di segi tiga emas antara Sukoharjo-Solo-Klaten. “Banyak investor yang antre masuk,” katanya, Minggu (10/11/2013).

Ke depan, Agustinus meyakini, Soba akan menjadi magnet kuat bagi masyarakat di Soloraya. Apalagi penanaman investasi di Soba masih terus berjalan, termasuk rencana pembangunan perguruan tinggi swasta (PTS) di sebelah barat Balai Desa Langenharjo.

Penuturan senada disampaikan Kaur Pemerintahan Desa Langenharjo, Suharjo, saat ditemui Espos. Menurut dia arus modernisasi di Soba sangat pesat beberapa dekade terakhir. Dia mengungkapkan, pada tahun 1979-1980 harga tanah di Soba masih Rp2.400 per meter persegi.
Saat itu kawasan Soba masih berupa lahan pertanian produktif milik warga setempat. Lalu PT PSP datang dan membeli puluhan hektare lahan tersebut dengan harga awal Rp2.400-Rp2.450 per meter persegi. “Dulu kawasan Soba berupa persawahan hijau,” ungkapnya.

Proses pembebasan lahan milik warga oleh PT PSP berlangsung selama beberapa tahun. Pada tahun 1982, harga tanah di Soba sudah naik menjadi Rp6.000 per meter persegi. “Pada tahun 1982, satu patok tanah milik kakek saya dibeli Rp30 juta,” imbuhnya.

Lokasi tanah milik kakek dari Suharjo kini telah disulap menjadi Jl. Ir. Soekarno oleh PT PSP. Pembangunan Jl. Ir. Soekarno oleh PT PSP diakuinya merupakan langkah sangat strategis yang berperan dalam mendongkrak proses pembangunan di kawasan tersebut.

Sayangnya, gencarnya investasi di Soba masih menyisakan pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkab Sukoharjo. Pasalnya beberapa investor dinilai nakal dengan memilih memakai nama Solo ketimbang Sukoharjo. Padahal mereka jelas-jelas berada di wilayah Kota Makmur.

Pengamatan Solopos.com, beberapa investor yang telah ditegur Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, masih menggunakan nama Solo. Bahkan spanduk promosi mereka semakin menjamur di Soba dan Kota Solo. Diberitakan sebelumnya, Bupati Sukoharjo berencana membuat peraturan daerah untuk mengatur penggunaan nama Sukoharjo oleh investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya