SOLOPOS.COM - Ilustrasi investasi. (IJIBI/Solopos/Istimewa)

Investor asal AS jajaki investasi di Solo.

Solopos.com, SOLO—Sebanyak delapan pengusaha asal Amerika Serikat (AS) menjajaki peluang investasi di Kota Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka berkesempatan berdiskusi langsung dengan Walikota Solo, F.X.Hadi Rudyatmo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, serta beberapa pelaku industri seperti Iwan Lukminto dari PT Sritex Tbk serta Direktur PT Konimex, Rachmadi Joesoef, Rabu (21/2/2018), di Loji Gandrung.

Setelah mengetahui potensi Solo dan sekitarnya, calon investor AS tertarik berinvestasi di sektor kesehatan, industri manufaktur, dan hotel.

Salah satu di antaranya menunjukkan minatnya untuk membangun rumah sakit bertaraf Internasional di Solo. Kebetulan, latar belakang usaha kedelapan pengusaha AS adalah sektor real estate, industri kesehatan, dan industri pengolahan daging. (baca: INVESTASI SOLO : Januari 2018, Konstruksi PLTS Putri Cempo mulai Dibangun)

Konsulat Jenderal RI (KJRI) New York sengaja membawa mereka ke Solo sebagai bagian dari promosi investasi Indonesia. Sebelum ke Solo, mereka juga mengunjungi Mataram dan Jogja. Kedua kota itu juga mereka bidik untuk tujuan investasi. KJRI ingin agar investasi asing asal AS di Indonesia yang selama ini 90% dikuasai sektor pertambangan (mengambil kekayaan bumi Indonesia) bisa bergeser ke sektor industri lain yang bisa memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional.

Hartadinata Haryono adalah salah satu pemegang lisensi jaringan klinik di AS yang berkolaborasi dengan Carl Bolch mengembangkan bisnis real estate, tertarik untuk investasi di sektor kesehatan di Solo. Namun demikian, mereka masih membuka peluang untuk berinvestasi di sektor lain. Kebetulan, pada pertemuan kemarin, Rudy lebih banyak menawarkan peluang investasi di sektor nonindustri manufaktur, seperti pariwisata dan teknologi salah satunya Solo Techno Park (STP).

“Setelah pertemuan ini akan ada pertemuan lanjutan. Agustus mendatang, kami akan mengundang kembali kedelapan calon investor itu dalam forum Promosi Pariwisata Perdagangan dan Investasi Indonesia di New York. Kami juga akan undang jaringan bisnis mereka. Jadi, biar para pengusaha ini yang bercerita sendiri tentang peluang investasi di Solo termasuk kota-kota lain di Indonesia,” kata Konsul Ekonomi KJRI New York, Winanto Adi, saat berbincang dengan Solopos.com.

Jadi, target investor tidak hanya ke delapan pengusaha itu melainkan juta mitra bisnis mereka di AS.

Winanto menargetkan paling cepat tahun ini sudah ada pengusaha yang punya jalan untuk investasi di Solo. Seperti diketahui, mereka juga masih perlu waktu untuk berbagai macam kajian termasuk mendalami fasilitas apa yang bisa mereka peroleh dari pemerintah jika mereka berinvestasi di Solo.

“Yang paling mereka butuhkan sebenarnya adalah kepastian jaminan perlindungan investasi.”

Mereka mendapatkan beberapa referensi terkait iklim investasi di Solo dan sekitarnya dari Iwan Lukminto dan Rachmadi Joesoef. Mereka juga sempat mengunjungi Museum Danar Hadi untuk menunjukkan bahwa salah satu kekuatan Solo adalah sektor ekonomi kreatif.

Saat berdiskusi dengan Rudy, para pengusaha itu menanyakan beberapa hal terkait peluang investasi. Di antaranya, sektor apa yang masih butuh sentuhan dana asing, apa penggerak utama ekonomi Solo, masalah kesehatan dan rumah sakit seperti apa yang masih berpeluang buka di Solo, apakah di Solo sudah berkembang industri manufaktur, serta dukungan apa yang bisa mereka dapatkan dari pemerintah, BI, dan Kadin jika mereka berinvestasi di Solo.

Sementara itu, Kepala Bappeda Solo, Ahyani, menjelaskan investor masih berpeluang untuk berkontribusi di sektor infrastruktur, terutama infrastruktur kesehatan dan infrastruktur yang bisa mendorong ekonomi kota.

“Solo adalah kota yang banyak ditopang sektor jasa dan perdagangan ritel. Di sektor jasa, industri perhotelan cukup bagus dengan pengungkitnya adalah sektor ekonomi kreatif,” kata Ahyani.

Industri manufaktur seperti tekstil, garmen, farmasi, dan pengolahan daging, lebih banyak berkembang di daerah sekitar Solo, sebut saja, Sragen, Sukoharjo, dan Boyolali.

Bandoe Widiarto pun memberi keyakinan kepada calon investor asal AS dengan memaparkan potensi ekonomi Solo yang selama empat tahun terakhir memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi Jateng dan nasional. Solo bisa tumbuh rata-rata di atas 5% dengan inflasi terendah secara nasional, yakni 3,10% pada 2017 dan 2,56% pada 2016.

“Tahun ini, kami optimistis akan menjadi tahun harapan karena secara nasional, ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh lebih baik di kisaran 5,1%-5,5%, inflasi 3,5% +- 1, serta pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga masing-masing 10%-12% dan 9%-11%,” kata Bandoe.

Sementara Rudy menjamin kemudahan dan kenyamanan berinvestasi di Solo. Proyek infrastruktur kaitannya dengan konektivitas transportasi seperti jalan tol dan kereta bandara yang saat ini tengah dibangun menjadi salah satu potensi yang bakal mendukung iklim investasi.

Pengusaha AS, Sasha Bernier, yang selama ini bergerak di sektor properti tertarik berinvestasi hotel di Solo, namun dia masih mempertimbangkan sektor atau peluang investasi lainnya.

“Kami akan berusaha mencari sektor apa yang tepat bagi kami untuk investasi di Solo. Dari sekian banyak yang ditawarkan Walikota, jujur saja, kami adalah developer, jadi mungkin kami lebih tertarik ke hotel. Kami cari tahu dulu apa saja yang bisa menarik orang untuk berkunjung ke Solo,” jelas Sasha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya