SOLOPOS.COM - Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, menjadi salah satu desa yang akan menjadi lokasi pembangunan bandara seperti diwacanakan Bupati Boyolali Seno Samodro. Foto diambil Senin (3/10/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Investasi Boyolali, pembangunan bandara di Mojosongo membutuhkan lahan yang sangat luas.

Solopos.com, BOYOLALI — Desa Madu menjadi salah satu dari tiga desa di Kecamatan Mojosongo, Boyolali, yang akan menjadi lokasi pembangunan bandara seperti diwacanakan Bupati Boyolali Seno Samodro. Pemerintah desa tersebut menyiapkan lahan seluas 35 hektare untuk bandara tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pembangunan bandara itu diklaim akan menjadi bandara terbesar karena mengungguli Bandara Soekarno Hatta (Soetta) di Cengkareng, Tangerang. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, tiga desa yang akan menjadi lokasi pembangunan bandara itu adalah Desa Madu, Desa Tambak, dan Desa Karangnongko.

Kepala Desa (Kades) Madu, Mardimin, mengaku pernah dipanggil Bupati Seno terkait rencana pembangunan bandara di Mojosongo yang dibiayai sepenuhnya oleh investor asal Beijing, Tiongkok. (Baca: Bandara Bakal Gantikan Adi Soemarmo)

“Saya hanya diberi pengertian dan ditunjukkan gambar-gambar di komputer terkait rencana pembangunan bandara. Tetapi sampai hari ini [Senin, 3/10/2016] belum ada perkembangan apa-apa lagi, jadi di Madu atau tidak saya juga belum tahu,” kata Mardimin, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Senin.

Dia menyebut lahan di Desa Madu yang dipersiapkan untuk lokasi pembangunan bandara seluas 35 hektare. Lahan itu terdiri atas tanah kas desa seluas 15 hektare dan tanah milik warga sekitar 20 hektare. (Baca juga: Sudah MoU, Bupati Seno Bakal Bangun Bandara)

“Lokasinya ada di timur desa, tepatnya di Dusun Madu,” ujar dia.

Tegalan

Saat ini, lahan yang akan menjadi lokasi pembangunan bandara masih berupa tegalan yang ditanami beragam tanaman budidaya seperti ketela, pepaya, dan jagung. Tanah kas desa disewakan kepada petani dengan seharga Rp1,2 juta per 1.600 meter persegi per tahun.

Dari tanah kas desa itu, Desa Madu mendapatkan pendapatan asli desa rata-rata Rp100 juta per tahun. “Memang rencana pembangunan bandara belum disosialisasikan secara resmi kepada warga tapi warga sudah banyak yang tahu. Apalagi tahun depan ada rencana peningkatan jalan dari jalan desa jadi jalan kabupaten dari Slembi-Karangnongko-Madu hingga Kebonluwak,” kata Mardimin.

Mardimin mengatakan tentunya ada warga yang setuju tapi ada juga yang tidak setuju dengan rencana pembangunan bandara itu. Tapi hal itu baru bisa diketahui setelah ada sosialisasi.  (5 Proyek Ambisius Seno)

Desa Madu adalah desa di ujung barat Kecamatan Mojosongo. Desa tersebut berbatasan dengan Desa Sukorejo dan Kebongulo, Kecamatan Musuk, di sisi barat, Desa Sukorame Musuk di sebelah utara, Desa Sukorejo di sebelah selatan, dan Desa Tambak dan Karangnongko di sebelah timur.

Terpisah, Kades Karangnongko, Ambudi, juga mengaku pernah mendengar kabar terkait rencana pembangunan bandara di desanya. “Tapi belum ada kepastian apa pun dari Pak Bupati. Dulu waktu mau pilkada, isu itu ramai sekali diperbincangkan warga, tetapi saat ini isu itu meredup.”

Ambudi bingung menyikapi rumor tersebut dan dia belum berani menanyakan kepastian kabar itu kepada Bupati. Seperti diketahui, Bupati Seno mendatangkan investor asal Beijing untuk membangun bandara di Boyolali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya