SOLOPOS.COM - Tanah longsor yang terjadi di wilayah Jrakah, Selo, Boyolali, beberapa waktu lalu. Dengan intensitas hujan yang makin tinggi, wilayah pegunungan seperti Selo dan Cepogo, Boyolali makin rawan mengalami longsor atau banjir material Gunung Merapi. (JIBI/SOLOPOS/A Mufid Aryono)

Tanah longsor yang terjadi di wilayah Jrakah, Selo, Boyolali, beberapa waktu lalu. Dengan intensitas hujan yang makin tinggi, wilayah pegunungan seperti Selo dan Cepogo, Boyolali makin rawan mengalami longsor atau banjir material Gunung Merapi. (JIBI/SOLOPOS/A Mufid Aryono)

BOYOLALI – Penanganan bencana tanah longsor di lereng Gunung Merapi di Boyolali, hingga kini lambat lantaran masih dilakukan secara manual. Sebagai persiapan dalam menghadapi mulai tingginya intensitas hujan kali ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mengajukan bantuan alat berat eskavator untuk mempercepat penanganan bencana itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami sudah mengajukan bantuan alat berat kepada Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) di Jakarta, karena selama ini jika terjadi bencana tanah longsor di lereng Gunung Merapi, pengananan dilakukan secara manual sehngga memakan waktu lama. Mudah-mudahan bisa segera terealisasi,” ujar Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Boyolali, Purwanto, kepada wartawan di Boyolali, Rabu (28/11/2012).

Menyusul mulai tingginya intensitas hujan tersebut, Purwanto mengimbau masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana tanah longsor. Disebutkannya, daerah rawan longsor di kawasan itu meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk dan Kecamatan Ampel. Secara geografis, jelasnya, lokasi berlereng dan bertebing serta struktur tanah berpasir dan bebatuan sehingga jika diguyur hujan dengan intensitas tinggi bisa terjadi bencana tanah longsor.

Guna menyiapkan masyarakat di daerah rawan bencana alam, Purwanto menambahkan pihaknya mulai melakukan sosialisasi penanganan bencana.

“Kami lakukan di daerah rawan bencana seperti di Tlogolele, Klakah dan wilayah lain di lereng Merapi agar masyarakat bisa mengambil tindakan penyelamatan jika terjadi bencana alam. Dengan pelatihan tersebut, masyarakat diharapkan lebih tanggap sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa,” imbuh dia.
Di samping itu, Purwanto mengatakan pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUESDM) setempat, terkait penanganan dengan alat berat dan kendaraan penanganan bencana lainnya.
“Kami juga meminta warga yang memiliki pohon besar dekat dengan rumah tinggal agar dilakukan pemotongan ranting atau ditebang saja,” tandasnya.

Sementara untuk penanganan bencana kebakaran, BPBD Boyolali menginventarisasi perusahaan yang rawan bencana kebakaran seperti stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), perusahaan kayu, perusahaan tekstil dan perusahaan garmen. (Septhia Ryanthie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya