SOLOPOS.COM - Fajar Sidik Abdullah Kelana. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Anak seorang buruh tani asal Dukuh Ploso, Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Fajar Sidik Abdullah Kelana, menjadi inspirasi para pemuda Sragen untuk terus berjuang mewujudkan mimpi. Fajar yang hidup dengan keterbatasan ekonomi mampu melanjutkan pendidikannya dengan mengambil program pascasarjana (S2) di Stockholm, Swedia.

Fajar saat dihubungi Solopos.com, Minggu (9/1/2022), mengaku kini tinggal di Stockholm, Swedia, dengan selisih waktu 6 jam dengan waktu di Indonesia. Di Swedia, Fajar menempuh pendidikan S2 di bidang Manajemen Inovasi dan Pengembangan Produksi di KHT Royal Institute Swedia. Ia mendapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari pemerintah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Aku lahir dari keluarga petani di Sragen. Tetapi karena bertani modalnya besar, orang tuaku hanya bisa menjadi buruh tani, bantu orang yang di ladang,” tulis dia dalam akun Instagramnya, @Fajarsak.

Baca Juga: Kelompok Wanita Tani di Banjarsari Solo Sukses Berbisnis Sayur Organik

Fajar lahir di Sragen pada 1994 lalu. Ia hidup bersama ibunya yang single parent. Sepekan setelah lahir, Fajar menjadi yatim karena bapaknya meninggal dalam kecelakaan di Sragen. Fajar sempat hendak diadopsi pasangan guru namun sang ibu bersikeras untuk tetap membesarkan Fajar dan kakaknya dengan keringatnya sendiri.

“Sebenarnya aku sempat mau diadopsi tetapi ibuku bilang, ini anak biar tumbuh besar dengan segala perjuanganku,” kata Fajar.

Krisis ekonomi 1998 membuat pertanian di Sragen terdampak. Ibunda Fajar berspekulasi dengan merantau ke Jakarta. Saat itu umur Fajar baru empat tahun. Fajar pun diajak ibunya mengadu nasib ke Ibu Kota. Mereka tinggal di daerah sekitar Grogol, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Bocah SD Jualan Snack di Pinggir Jalan Solo demi Bantu Ibu yang Sakit

Ibunya bekerja serabutan, seperti menjadi asisten rumah tangga (ART), membantu usaha kecil-kecilan, hingga jualan makanan. Dengan keringat sang ibu, Fajar bisa mengenyam pendidikan SD, SMP, hingga SMA di Jakarta.

Dimarahi Guru

Saat duduk di Kelas II SMA, Fajar masih ingat perkataan gurunya. Fajar menjadi aktivis di sekolah sehingga salah satu nilai mata pelajarannya hancur. Ia pun dipanggil guru.

“Aku dipanggil ke ruang guru sendirian dan dimarahi. Kamu mau jadi apa nilainya gini? Enggak bakal sukses ke depannya! Kata-kata guru itu membekas banget di aku,” katanya.

Kata-kata guru itu menjadi pelecut Fajar untuk terus bersemangat mengejar cita-cita. Setelah lulus SMA, Fajar kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta lewat jalur tes tertulis. Ia lolos dan diterima di Program Studi Teknik Mesin pada 2012. Ia hampir menyerah untuk lanjut S1 itu karena tak punya biaya. Ia beruntung mendapatkan orang tua asuh untuk membiayai kuliah dan mendapatkan keringanan biaya dari kampusnya.

Baca Juga: Buku Kisah Inspiratif 50 Alumni Fakultas Pertanian UNS Diluncurkan

“Untuk beli laptop saja tidak mampu. Aku berjuang mendapatkan beasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri,” jelasnya.

Sisa dana beasiswa ditabung. Hasil ikut lomba-lomba pun dikumpulkan. Semua dana itu dipersiapkan Fajar untuk mempersiapkan mencari beasiswa ke luar negeri. Ia menjuarai sejumlah kompetisi tingkat internasional, seperti juara Grand Prize Thought for Food Challenge 2020, Juara I Ideas for Action 2018, juara I Asia Pasific Japan Cisco Globar Problem Solver Challenge 2017, juara I Yout Ag Summit 2017, dan Juara I Champion of YSEALI World of Food Innovation Challenge 2016.

Dengan persiapan yang matang, Fajar memberanikan diri mendaftar beasiswa LPDP afirmasi jalur prestasi keluarga tidak mampu dan ternyata diterima di KHT Royal Institute Swedia. Berkas beasiswa itu disiapkan saat praktik kerja di sebuah badan usaha milik negara (BUMN) di bidang minyak dan gas. Sebenarnya Fajar ditawari bekerja di BUMN itu tetapi Fajar lebih memilih melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi karena ia ingin mengabdikan ilmunya untuk masyarakat.

Baca Juga: Kisah Harsoyo Tukang Kliping Legend di Solo, Eksis Sejak 1984

Datang dari keluarga petani memberi inspirasi Fajar untuk membuat inovasi yang diberi nama Banoo Indonesia. Banoo Indonesia adalah sebuah startup atau perusahaan rintisan di bidang teknologi perikanan. Startup tersebut fokus pada peningkatan kesejahteraan petani ikan dengan inovasi dan teknologi. Dengan belajar di luar negeri, Fajar ingin berkontribusi meningkatkan kesejahteraan petani dan orang-orang daerah lewat inovasi dan bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya