SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lama menuntut ilmu dan tinggal di Tucson, AS tak membuat Sidrotun Naim yang pernah menjadi guru IPA di Sekolah Cerdas Muthahhari (SCM) Bandung, 2008-2009, melupakan pesan kedua orangtua maupun kakek-nenek. Sidrotun Naim mengaku terus terngiang pesan mereka. Salah satu hal yang menurut Naim menjadi pegangan dalam menjalani hidup adalah agar menjadi manusia paling bermanfaat di mana pun berada.

“Mereka mencontohkan manusia yang terbaik adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat dan menolong orang lain. Meskipun kita tidak mengenal orang yang kita tolong. Bahkan kalau sedang sial, kadang-kadang dibohongi. Yang terpenting adalah niat awal menolong. Kalau berlebih harta ataupun ilmu jangan pelit. Kalau kekurangan, bekerja keras. Kalau terdesak, jangan malu minta tolong,” paparnya panjang dan lebar.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Maka, Naim mengaku menikmati saat mengajar mengaji di Islamic Studies di Tucson.

Naim tak hanya mengajar mengaji di Tucson. Saat di Indonesia maupun di Brisbane, Australia, Naim mengajar mengaji. Dia menyebut mengajar mengaji adalah pekerjaan utama sedangkan menjadi “dokter udang” sekadar mengerjakan hobi.

“Sejak di Makamhaji, juga ngajar ngaji. Makanya, kusebut profesi yang paling asli adalah guru ngaji seperti eyang,” kata dia.

Menurut Naim, anak-anak beragama Islam di Australia maupun AS minim akses pendidikan Alquran. Kondisi itu yang menggerakkan hati ibu satu anak. Berawal dari mengajar mengaji anak semata wayang, Elhurr Muthahhari di rumah, dia kini mengajar mengaji di salah satu masjid di Tucson. Saat di Brisbane, Australia, Naim diberi tanggung jawab mengajar mengaji kelas massal maupun mengajar membaca Alquran untuk anak-anak keluarga campuran, ibu dari Indonesia, bapak dari Australia.

“Orangtua mereka ingin anak-anak belajar ngaji. Anak-anak muslim di Australia dan Amerika memang minim akses pendidikan islam. Maka, saya memutuskan mengajar ngaji Alwuran di Islamic Studies. Berawal dari mengajar Elhurr saja, setelah dipikir-pikir, dengan energi dan waktu yang hampir sama, kenapa enggak mengajar di masjid. Kebetulan masjid di Tucson ada program Sunday School. Jadi pas.”

Hal yang paling membahagiakan adalah saat Elhurr mampu mengalahkan anak-anak lain dalam hal bacaan dan hafalan surat-surat pendek. Menurut Naim, itu menjadi hadiah paling besar ketimbang prestasi yang dia peroleh selama ini. “Elhurr main piano dan biola juga tapi yang paling membahagiakan saat dia tampil dengan baik di hafalan Alquran. Soal pendidikan, biar menjadi keputusan Elhurr. Saya akan dukung semampu saya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya