SOLOPOS.COM - Guru di SMPN 2 Ceper siaran melalui radio sekolah setempat bernama GSE FM untuk menyampaikan materi pembelajaran, Selasa (15/9/2020).(Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN--Pandemi Covid-19 memacu guru di SMPN 2 Ceper berinovasi membikin model pembelajaran jarak jauh (PJJ). Lebih dari sebulan terakhir, guru di sekolah yang dikenal dengan nama Esperda itu menyampaikan materi pembelajaran melalui stasiun radio Gema Suara Esperda (GSE) FM.

Saban Senin-Sabtu mulai pukul 07.30 WIB hingga 14.30 WIB, para guru bergiliran mengudara sesuai jadwal. Suara mereka bisa didengarkan melalui sinyal radio FM 95,6 MHz yang dipancarkan dari studio GSE FM yang berada di dalam sekolah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ide menggulirkan pembelajaran melalui siaran radio itu setelah PJJ diterapkan sekitar pertengahan Maret lalu. Setelah sekitar tiga bulan model pembelajaran daring menggunakan aneka platform pada ponsel berbasis android digulirkan, muncul beragam kendala. Kendala itu seperti tak semua orang tua siswa memiliki ponsel berbasis android hingga orang tua terbebani biaya untuk membeli kuota yang membengkak.

“Lantas muncul ide ini [pembelajaran via radio] dari banyak teman [guru] seperti Pak Budi, Bu Retno Wilis, saya, dan lain-lain,” kata Pelaksana Humas SMPN 2 Ceper, Dwi Rinawati, saat berbincang dengan solopos.com, Selasa (15/9/2020).

Bermodal ide itu, perwakilan guru SMPN 2 Ceper menimba ilmu ke sejumlah stasiun radio milik pemerintah serta swasta yang ada di Kabupaten Bersinar. Mereka melihat model pengelolaan radio mulai dari cara pendirian, siaran, hingga pembuatan konten-konten. Cara itu ditempuh lantaran tak ada satu pun guru serta karyawan sekolah setempat yang memiliki pengalaman di dunia penyiaran terutama radio.

Rudy Emoh Terapkan PSBB Di Solo, Ini Alasannya!

Awal Mendirikan Radio

Awalnya para guru sempat berpikir ulang untuk melanjutkan ide tersebut menyusul tingginya biaya yang harus dibutuhkan untuk mendirikan radio. Namun, tekad memudahkan PJJ dibantu dengan pembiayaan hasil gotong royong membuat para guru nekat melanjutkan ide mendirikan studio radio.

Satu per satu peralatan mulai terbeli seperti mixer audio, mikrofon, hingga pemancar. Gudang laboratorium komputer mereka ubah menjadi studio siaran berukuran 3 meter x 4 meter. Perangkat air conditioner (AC) ruangan yang berada di ruang kepala sekolah mereka lepas dan pindahkan ke studio siaran.

Pengelola salah satu radio di Klaten pun pernah diundang datang ke sekolah memberikan pelatihan kepada para guru ihwal cara siaran hingga mempelajari masalah kode etik penyiaran radio. Pada 8 Agustus lalu, para guru melakukan siaran perdana.

Rina mengungkapkan saban hari ada dua mata pelajaran yang disiarkan melalui studio tersebut. Jadwal siaran dibuat agar materi pembelajaran bisa diikuti siswa dari kelas 7, 8, dan 9 secara bergiliran.

Siaran dibikin semenarik mungkin namun tetap mudah diterima siswa yang mendengarkan. Saban mengudara, ada guru yang bertindak sebagai penyiar dan operator. Guru mata pelajaran yang mendapatkan jadwal siaran menjadi narasumber. Sesekali penyiar dan narasumber berinteraksi membahas materi yang sedang disiarkan. Saat jeda, ada pemutaran lagu.

Kasus Terus Covid-19 Solo Melonjak, Batasan Usia Anak Ke Mal Justru Dilonggarkan

Pemilihan Lagu Tak Sembarangan

Pemilihan lagu pun tak sembarangan melainkan disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang disampaikan. Seperti ketika mata pelajaran Bahasa Jawa disiarkan, lagu yang diputar saat jeda siaran yakni lagu berbahasa Jawa.

“Ketika ada tugas, siswa bisa mengumpulkan tugas bisa disampaikan melalui google classroom,” kata Rina.

Rina mengatakan siaran GSE FM tak hanya menjangkau wilayah Kecamatan Ceper. Suara guru Esperda bisa didengarkan hingga ke wilayah lain di Klaten seperti Kecamatan Gantiwarno, Kemalang, serta kecamatan lainnya di Klaten.

GSE FM sudah memiliki jajaran pengurus mulai dari direksi, produser, penyiar, teknisi, dan lain-lain. Rina sendiri bertindak sebagai produser yang mengurusi masalah konten hingga jadwal siaran.

Kepala SMPN 2 Ceper, Andreas Kristanto, mengatakan metode PJJ melalui siaran radio itu menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan menanggapi kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan para siswa untuk sementara belajar dari rumah.

Meski masih perlu pembenahan seperti keikutsertaan siswa mendengarkan siaran, metode pembelajaran itu dinilai paling nyaman yang saat ini dijalankan.

“Secara umum dengan kehadiran radio ini sangat membantu tidak hanya kepada siswa, tetapi guru juga terbantu karena lebih nyaman menyampaikan materi. Bagi kami menggunakan media radio itu efektif, fleksibel, dan ekonomis karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk kuota internet,” kata Andreas.

Cek Rekening! Bantuan Modal Usaha Tahap Ke-2 Untuk 7.000 UMKM Sukoharjo Sudah Cair

Bakal Dikembangkan

Andreas mengakui pembuatan radio itu bermodal gotong royong. Dana untuk membangun studio radio berasal dari urunan para guru terutama mereka yang mendapatkan tunjangan sertifikasi hingga sebagian orang tua.

Untuk membikin studio radio itu, setidaknya biaya yang sudah dikeluarkan sekitar Rp27 juta.

Pengelolaan radio itu tak bakal berhenti ketika pandemi Covid-19 berakhir. Justru, studio radio itu bakal dikembangkan menjadi media ekstrakurikuler broadcoasting bagi siswa. Saat ini, pengelola sekolah mengurus perizinan GSE FM.

Salah satu siswa kelas 9 SMPN 2 Ceper, Anggi Saputra, 14, mengaku lebih nyaman mengikuti PJJ melalui radio ketimbang yang sebelumnya dilakukan menggunakan platform yang ada pada ponsel android. “Lebih nyaman lewat radio karena ada penjelasannya langsung dari guru. Selain itu, tidak perlu menggunakan kuota internet untuk mengikuti pembelajaran,” kata pelajar asal Desa Kajen, Kecamatan Ceper itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya