SOLOPOS.COM - Anggota kelompok Difabel Patra mengemas sayur fast cooking di Dukuh/Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Senin (9/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Kelompok Pandawa Patra yang digawangi 25 penyandang disabilitas atau difabel di Dukuh/Desa Keposong, Tamansari, Boyolali, membuat inovasi untuk menjual hasil pertanian mereka dengan konsep sayur fast cooking.

Inovasi tersebut dibuat sebagai salah satu cara untuk memasarkan produk-produk pertanian mereka. Sebagai informasi, kelompok difabel Pandawa Patra mengelola integrated farming di Dukuh Keposong.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Mereka mengelola sayuran hidroponik, bibit pohon, buah, peternakan, hingga biogas. Kelompok ini baru saja diresmikan pertengahan September 2023 lalu.

Namun, kelompok difabel di Keposong, Tamansari, Boyolali, tersebut telah berkegiatan bersama sejak 2020. Anggota Kelompok Pandawa Patra, Suyadi, menyampaikan produk-produk sayuran yang sudah panen dijual ke warga sekitar dan instansi.

Para anggota Pandawa Patra memasarkan dengan cara promosi di fitur cerita Whatsapp dan metode langsung berkunjung ke instansi.

“Kami pernah ke Kantor Kecamatan Tamansari. Sayurnya sekalian dikemas sudah beserta bumbu lengkap, ada cabai, bawang merah, bawang putih. Jadi tinggal dimasak saja,” jelas dia saat berbincang dengan Solopos.com di markas Pandawa Patra, Senin (9/10/2023).

Kelompok difabel Pandawa Patra Boyolali menamai metode mengemas sayuran dan bumbunya tersebut sebagai fast cooking. Hal tersebut karena sayur bisa lebih cepat dimasak dengan semua bahan dan bumbu tersedia dalam satu paket bahan fast cooking.

Hal tersebut, jelas Suyadi, dapat mempermudah orang ketika memasak. Harga sayur fast cooking kreasi kelompok Pandawa Patra dimulai dari harga Rp5.000-Rp8.000 per paket.

Misalnya untuk harga sayur Rp5.000 ada sayur kangkung dan bumbu oseng lengkap. Sedangkan harga Rp8.000 meliputi sayur untuk membuat sup lengkap dengan bumbunya.

“Sambutan dari instansi alhamdulillah mendukung kegiatan kami. Ternyata banyak peminat, sehingga kami tambah semangat,” kata dia.

Lebih lanjut, Suyadi mengungkapkan semua orang bisa menanam sayuran akan tetapi untuk menjualnya perlu strategi khusus. Jika dipasarkan dengan metode biasa, maka akan banyak pesaing.

Target Pasar Perempuan Pekerja

Namun, ketika dibungkus dengan konsep sayur lengkap bumbu dalam satu kemasan menu akan menjadi daya tarik tersendiri, terlebih bagi ibu pekerja.

“Omzet belum besar, karena kami baru berdiri pertengahan September ini dan baru merintis. Paling untuk hasil penjualan kami tampung dulu untuk modal usaha. Namun, ini adalah sebuah inovasi,” kata dia.

Sementara itu, pendamping kelompok difabel Pandawa Patra, Keposong, Tamansari, Boyolali, Haryono, menyampaikan penjualan sayur fast cooking masih dalam tahap uji coba sebelum dipasarkan lebih luas.

Target pasarnya perempuan atau ibu-ibu yang bekerja agar mempercepat mereka memasak. Ketika memasak, konsumen tidak perlu mencari bahan satu per satu karena semua bahan tersedia dalam satu kemasan.

Proses mencari bahan sebelum memasak, kata Haryono, juga memakan waktu. Terlebih ketika bahan yang dicari tidak ada dan harus membeli ke warung. “Terkadang semisal sudah beli sayur tertentu, oh lupa pakai beli bawang putih misal, atau cabai,” kata dia.

Selain itu, Haryono mengatakan kemasannya juga dibuat pas untuk sekali masak, sehingga tidak ada sayur yang terbuang dan lebih efisien.

Ia menjelaskan biasanya ibu-ibu pekerja juga sering membeli sayuran. Namun, biasanya ada kepuasan ketika memasak sendiri. Sehingga metode penjualan sayur fast cooking menjadi pemuas keinginan memasak para ibu yang bekerja.

Lebih lanjut, ia menjelaskan rencananya pemasaran sayur fast cooking Pandawa Patra itu menyasar ibu-ibu pekerja di luar Kecamatan Tamansari. Namun, saat ini masih mencoba merintis di Kecamatan Tamansari.

“Kemarin kami sudah riset berkaitan dengan porsi, bumbu, dan sudah kami masak. Akhirnya ketemu formula berapa sayurnya dan bahannya, sehingga nanti dimasak secara umum untuk lidah Boyolali ya sesuai,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya