Solopos.com, MAGELANG — Dalam setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri, selain melakukan Salat Id secara berjamaah dan menyantap ketupat dan opor, ada tradisi lain yang sudah pakem dilakukan di setiap perayaan hari kemenangan bagi umat Islam ini.
Halalbihalal, sebuah tradisi untuk berkumpul dengan saudara dan kolega untuk saling mengucapkan maaf secara lahir dan batin atas kesalahan yang disengaja atau tidak. Halalbihalal ini biasanya dilakukan dari lingkup keluarga, lingkungan sekitar, korporat hingga pemerintahan.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sejak masa pandemi, tradisi halalbihalal ini terhenti karena masyarakat harus menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan agar penyebaran virus Covid-19 bisa dibendung. Akan tetapi, aturan pembatasan yang dikeluarkan pemerintah tidak lantas memutus tradisi tahunan ini secara total
Baca Juga: Jalur Gaib Hutan Blora Sesatkan Banyak Pengemudi Kendaraan
Pada perayaan Idul Fitri tahun 2020 silam, masyarakat Magelang, khususnya warga Desa Keron Sawangan, lereng Gunung Merapi tetap menggelar Halal Bihalal namun dengan cara yang berbeda.
Melansir situs Beritamagelang.id, Minggu (27/5/2021), Halalbihalal digelar dengan menerapkan protokol kesehatan. Acara Halalbihalal ini digelar di area persawahan yang dikelilingi pepohonan dan juga pemandangan padi yang hijau.
Karena menerapkan protokol kesehatan, warga yang hadir di acara halalbihalal ini terbatas dan masing-masing warga harus mencuci tangan, menjaga jarak dan mengenakan masker
Baca Juga: Serem! Ada Kuburan di Tengah Jalan Tugu Semarang
Acara halalbihalal ini juga dihadiri oleh pengasuh Ponpes API Tegalrejo, K.H. M. Yusuf Chudlori atau akrab disapa Gus Yusuf. Dalam acara ini juga dimainkan alat musik tradisonal, gender, yang kerap mengiringi di setiap acara halalbihalal sehingga menambah suasana tradisional desa.
Acara halalbihalal ini diberi tema Nglebur Doso Tanpo Jawat Asto dan Gus Yusuf dalam ceramahnya mengingatkan agar masyarakat mulai membiasakan diri dengan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Selain itu dirinya juga berpesan bahwa saat ini alam sedang mengalami sebuah perubahan dan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali ke masa normal seperti sedia kala. Dirinya juga meminta warga untuk menjaga solidaritas, mempersiapkan lumbung desa dan juga berserah kepada Tuhan Y.M.E.
Baca Juga: Melihat Dari Dekat Calon Kawasan Industri Terbesar di Jateng
Sebelumnya kedatangan kiai muda ini disambut dengan iringan rebana oleh empat orang laki-laki yang semuanya dari dusun setempat, Dusun Nglulang, dan semuanya adalah anak asuh dari pimpinan Ponpes Madrasah Dusun Nglulang, Muhammad Azis
Dalam acara ini juga dipasang berbagai dekorasi yang erat dengan tradisi desa setempat. Dekorasi ini sendiri memberikan suasana menyatu dengan alam karena dekorasi yang dipasang seperti wayang serangga.
Melansir situs Liputan6.com, halalbihalal memiliki makna silahturahmi dan saling memaafkan yang merupakan risalah Islam, dan Halal Bihalal ini tidak terbatas hanya pada saat perayaan Idul Fitri saja namun juga dalam keseharian, setiap orang harus murah dalam memaafkan orang lain.