SOLOPOS.COM - Kondisi banjir di Joyotakan, Solo, Selasa (29/11/2016). (M Ismail/JIBI/Solopos)

Penyebab banjir Solo Senin (28/11/2016) malam berasal dari beberapa tempat.

Solopos.com, SOLO — Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo yang menggenangi 10 kelurahan di Kota Solo, yaitu tersebar di Kecamatan Jebres, Pasar Kliwon, dan Serengan, Senin-Selasa (28-29/11/2016). Luapan air membuat sedikitnya 2.468 jiwa mengungsi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Banjir juga mengganggu akses pendidikan di Kelurahan Sangkrah dan Semanggi. Informasi yang dihimpun Espos dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, sejumlah fasilitas pendidikan yang terganggu kegiatannya antara lain SDN Sawahan (Kelurahan Sangkrah), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sinar Mentari (Kelurahan Sangkrah), SD Muhammadiyah 18 (Kelurahan Sangkrah), serta SMP Negeri 6 Solo (Kelurahan Semanggi).

Kepala Pelaksana Harian BPBD Solo, Gatot Sutanto, mengemukakan banjir yang terjadi di penghujung November berpusat di wilayah Solo bagian timur. Selain disebabkan tingginya intensitas hujan lokal, Kota Bengawan juga mendapat pasokan air dari Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, serta Klaten.

“Semalam [Senin] Solo mendapatkan suplai air yang melimpah dari Kali Samin dan Kali Dengkeng. Kemungkinan tanggul di Samin ada yang jebol sampai Jembatan Mojo tidak bisa dilewati,” jelasnya saat ditemui di kantornya, Selasa (29/11/2016).

Gatot menyampaikan tinggi muka air (TMA) Sungai Bengawan Solo di Pos Pemantauan Jurug sempat menembus level 10 meter. “Sejak Senin malam memang Jurug sudah siaga merah. TMA Jurug lebih dari 10 meter mulai pukul 02.00 WIB. Puncaknya pada pukul 04.00 WIB, ketinggian air sampai 10,27 meter. Setelah itu, ketinggian air berangsur-angsur turun walaupun tidak cepat,” ujar dia.

Dikatakannya, penurunan ketinggian air Sungai Bengawan Solo relatif lambat lantaran ketinggian air di hilir wilayah Jawa Timur masih cukup tinggi. “Memang penurunan airnya tidak cepat, tapi siang ini air sudah surut dan banyak warga yang sudah meninggalkan pengungsian,” terangnya.

Menurut Gatot, dampak banjir kali ini tidak seluas banjir luapan Sungai Bengawan Solo, Juni lalu. “Juni lalu dampak banjir menjangkau Solo sisi timur dan selatan. Ada tanggul yang jebol di Kali Dengkeng sehingga air dari barat masuk cukup banyak. Sekarang kondisi pintu air sebagian sudah diperbaiki dan sudah ada rehab parapet. Kondisinya agak aman,” kata dia.

Meskipun ketinggian air Sungai Bengawan Solo sudah turun, dia mengimbau warga yang tinggal di bantaran kali tetap siaga bencana.

“Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, kita masih masuk masa darurat siaga. Puncak musim hujan diprediksi masih akan terjadi Januari sampai Februari 2017 nanti. Warga yang tinggal di bantaran kami minta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Semoga hujannya perspot sehingga dampaknya tidak meluas,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya