SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, JAKARTA — Nama Masjid Kauman Semarang belakangan menjadi perhatian publik setelah sempat muncul kontroversi atas rencana calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menunaikan salat Jumat di sana. Di luar itu, Masjid Kauman memiliki catatan sejarah yang menarik, termasuk soal pengumuman kemerdekaan Republik Indonesia. 

Soal Prabowo melaksanakan salat di masjid tentunya merupakan hal yang lumrah, namun hal ini menjadi polemik lantaran sempat beredar undangan salat Jumat berjamaah bersama mantan Danjen Kopassus tersebut. Beredarnya undangan salat Jumat ini lantas membuat pihak pengelola masjid Kauman Semarang mengadukan rencana Capres Prabowo Subianto ke Bawaslu Kota Semarang karena khawatir ada nuansa politis dalam pelaksanaannya.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Pada akhirnya Prabowo pun tetap menunaikan salat di masjid yang memiliki nama lain Masjid Agung Semarang itu. Dengan baju putih dan sebuah peci hitam, ia bahkan dipersilakan pengurus masjid duduk di barisan depan.

Terlepas dari salat Jumat bersama Prabowo yang ramai diperbincangkan, masjid Kauman Semarang memiliki nilai sejarah tersendiri. Masjid yang selesai dibangun pada 1749 tersebut merupakan masjid tertua di kota Semarang dan merupakan salah satu cagar budaya kebanggaan warga setempat.

Kepastian tahun pembangunan Masjid Kauman Semarang terkonfirmasi melalui inkripsi yang ditulis dengan huruf Jawa dan terpatri di batu marmer bagian dalam gerbang masuk masjid tersebut.

“Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170,” demikian bunyi tulisan tersebut sebagaimana tertulis dalam pusat informasi masjid Kementerian Agama.

Adapun dalam bahasa Indonesia, kalimat di atas memiliki arti sebagai berikut, “Tanda peringatan ketika Kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah.”

Nicholas Hartingh adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti 1755. Akibat perjanjian tersebut, Kesultanan Mataram kemudian dipecah menjadi wilayah Ngayokyakarta Hadiningrat yang berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas upaya tersebut, Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah Tugu Muda. Rumah tersebut dinamai De Vredestein atau Wisma Perdamaian.

Umumkan Kemerdekaan Indonesia
Masih berdiri kokoh sebagai masjid tertua, Masjid Kauman Semarang juga memiliki kisah historis pada masa kemerdekaan. Ia menjadi masjid satu-satunya di Nusantara yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Selang beberapa saat setelah Dwi Tunggal Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, seorang jamaah aktif bernama dr. Agus segera mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia di hadapan jamaah salat Jumat dari atas mimbar.

Untuk menghormati peristiwa tersebut, presiden pertama RI Soekarno tercatat pernah meluangkan waktu untuk menunaikan salat Jumat dan berpidato di masjid ini pada tahun 1952.

Meski di kota Semarang kini telah berdiri Masjid Agung Jawa Tengah yang lebih megah, Masjid Kauman tetap menjadi tempat ibadah yang ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah.

Kini, di tengah gelaran pesta demokrasi 2019, masyarakat Semarang setidaknya bakal mengingat Masjid Kauman tak hanya sebagai masjid bersejarah, namun juga sebagai masjid pilihan salah satu calon presiden untuk menunaikan salat Jumat.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya