SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Bila sesuai kalender, maka pada Jumat (4/3/2022), umat Islam memasuki bulan Syakban. Dan ternyata, kalau ditelisik dari sejumlah literatur bahwa pada bulan Syakban terdapat aneka kejadian penting. Demikian pula beberapa hal disarankan selama umat Islam berada di bulan Syakban.

Syakban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Syakban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan. Karena bulan Syakban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Syakban seringkali dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Syakban terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup kemasyarakatan.

Dilansir dari Nu.or.id, Kamis (3/3/2022), karena letaknya yang mendekati bulan Ramadan, bulan Syakban memiliki berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan. Umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadan.

Baca Juga: Keistimewaan Puasa di Bulan Syakban

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Bulan Syakban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Syakban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa. (HR Abu Dawud dan Nasa’i)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunah) lebih banyak daripada ketika bulan Syakban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Syakban di antar bulan Rajab dan Ramadan.

Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka). Dari sinilah umat Islam, berusaha memuliakan bulan Syakban dengan mengadakan sedekah dan menjalin silaturrahim.

Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Syakban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman oleh-oleh yang berupa makanan kepada para kerabat, sanak famili dan kolega kerja.

Baca Juga: Yuk Persiapkan Diri Sambut Ramadan

Sehingga terciptalah tradisi saling mengirim parsel di antara umat Islam. Karena, di kalangan umat Islam Nusantara, bulan Syakban dinamakan sebagai bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim parsel makanan ini dinamakan sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama muslim.

Nisfu Sya’ban

Syakban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya’ban. Secara harfiah, istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Syakban atau tanggal 15 Syakban.

Kaum muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Syakban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.

Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Syakban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Baca Juga: Amalan-Amalan yang Dianjurkan Pada Malam Nisfu Sya’ban

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang salih.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan Syakban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Syakban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Rasulullah dalam hadis riwayat Aisyah menganjurkan supaya memperbanyak puasa sunnah di bulan Syakban ketimbang bulan-bulan lainnya.

Aisyah bahkan menyebut Nabi Muhammad berpuasa sebulan penuh disambung dengan bulan Ramadan sebagaimana diriwayatkan melalui jalur Abu Salamah maupun dari jalur Abdullah bin Abi Qays.

“Rasulullah memperbanyak puasa sunnah. Kita bisa melakukan Puasa Daud, bisa Puasa Senin-Kamis sehingga memperbanyak puasa di bulan ini sangat efektif mempersiapkan bulan Ramadan,” jelas Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Agus Tri Sundani, dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga: Hadiri pengajian nisfu syaaban, Jokowi bantah kampanye

Anjuran memperbanyak puasa sunnah lebih-lebih karena kemuliaan bulan Syakban yang di dalamnya terdapat malam pertengahan (Nifsu Sya’ban) di mana amal manusia diangkat ke langit Allah SWT.

Kendati Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umat Islam berpuasa, menurut Agus Tri Sundani, Nabi juga mewanti-wanti umat Islam untuk memahami kemampuan dirinya dalam mengadakan puasa sunnah. Jadi tidak berlebih-lebihan, bahkan cenderung memaksakan andaikata kondisi tidak memungkinkan.



Perhatian itu dianggap penting sebab di bulan Ramadan seorang muslim diwajibkan berpuasa penuh selama 30 hari. Jika melaksanakan puasa penuh di bulan Syakban, dikhawatirkan seseorang merasa bosan dan terganggu keikhlasannya dalam menjalankan puasa Ramadan.

“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadan dengan melakukan puasa sehari atau dua hari [sebelumnya], kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa [dan waktu kebiasaan puasanya itu jatuh] pada hari itu, maka silahkan dia berpuasa pada hari itu,” demikian penjelasan Nabi dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya