SOLOPOS.COM - Ilustrasi kawasa Hutan Tunggangn Wonogiri. (Google Steet View)

Solopos.com, WONOGIRIHutan Tunggangan berlokasi di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri. Lokasi tersebut menjadi tempat tinggal Mbah Slamet, 73, warga asli Desa Ngelo, Kecamatan Jatiroto sejak tahun 2013.

Jauh sebelum tinggal di tengah hutan, Mbah Slamet memang warga kelahiran di Desa Ngelo. Di masa mudanya, Mbah Slamet sempat merantau ke Bengkulu. Di tengah perantauannya, Mbah Slamet diminta guru agamanya pulang ke kampung halaman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak pikir panjang, Mbah Slamet langsung menuruti perintah guru agamanya itu. Mbah Slamet pulang ke kampung halaman tahun 2013.

Tiba di kampung halaman, Mbah Slamet yang sudah tak memiliki tempat tinggal akhirnya menyewa rumah di Desa Ngelo. Guna menyambung hidup, Mbah Slamet sempat berwiraswasta. Sayangnya, Mbah Slamet merugi hingga Rp18 juta.

Di saat itulah, pikiran Mbah Slamet dilanda kekacauan. Alhasil, Mbah Slamet pergi ke hutan. Anehnya, Mbah Slamet justru memperoleh ketenangan saat di tengah hutan. Mbah Slamet pun betah di tengah hutan. Bahkan Bahkan jika meninggal dunia, ia ingin dimakamkan di hutan.

Baca Juga: Sebelum Hidup di Hutan Tunggangan Wonogiri, Slamet Stres Terlilit Utang

Hutan yang ditinggali Mbah Slamet itu bernama Hutan Tunggangan. Hutan tersebut merupakan hutan lindung yang dikelola Perhutani.

Keberadaan Hutan Tunggangan justru ngrejekeni bagi Mbah Slamet dan keluarganya. Mbah Slamet memanfaatkan lahan di hutan tersebut untuk tempat tinggal, berjualan, dan bercocok tanam.

Saat sekarang, Mbah Slamet tinggal bersama istri, anak dan menantunya, serta dua orang cucu. Satu orang cucu perempuan masih bersekolah SD. Sementara cucu lain masih bayi, usianya belum mencapai satu tahun.

Di Hutan Tunggangan, Mbah Slamet berhasil berjualan aneka makanan dan minuman di jalan hutan tersebut. Guna mempermudah berjualan, ia membangun rumah dan menetap di sana. Halangan dan rintangan pernah ia hadapi selama bertempat tinggal di hutan tersebut.

Baca Juga: Begini Awal Mula Satu Keluarga Pilih Hidup di Hutan Wonogiri

Dikatakan Mbah Slamet, sebelum ia menempati hutan itu, banyak orang datang ke hutan untuk mabuk dan melakukan hal yang tak senonoh. Pakaian dalam laki-laki dan perempuan pun sering ia jumpai saat awal ia datang di hutan. Tak jarang ia bersitegang dengan orang-orang yang kerap datang ke hutan untuk bermaksiat.

“Setelah beberapa waktu di sini, saya mencoba menanam tanaman kopi, pisang, kunyit, jahe, dan talas. Belakangan saya menanam porang. Pisang yang yang ditanam lebih dari 500 pohon, sementara jahe dan kunyit bisa sampai puluhan ton kalau dipanen. Porang yang ditanam seluas satu hektare,” kata dia, saat ditemui Solopos.com, Selasa (14/6/2022).

Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) yang mengelola Hutan Tunggangan, Ibnu Nugroho, mengatakan Slamet sudah bertempat tinggal di lokasi tersebut sejak sebelum ia menjabat sebagai KRPH atau Mantri di daerah tersebut.

“Mbah Slamet itu sudah ada di sana sebelum saya menjadi mantri di sana. Saya jadi mantri baru 2021 lalu. Saya juga tidak tahu persis bagaimana awal mulanya dia di sana,” kata Ibnu saat dihubungi Solopos.com, Selasa sore.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya