SOLOPOS.COM - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menata perlengkapan di Dekiler Box, alat sterilisasi praktis, di Kampus III UMS, di Jl. Kebangkitan Nasional, Penumping, Laweyan, Solo, Kamis (13/7/2017). Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil membuat Dekiler-Box.

Solopos.com, SOLO—Minimnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil menjadi kendala tersendiri bagi dokter gigi. Salah satunya adalah tindakan sterilisasi yang wajib dilakukan dokter gigi sesuai standard operational procedure (SOP).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat SOP diabaikan, pemeriksaan dan penanganan terhadap pasien menjadi kurang maksimal.

Padahal prinsip penting dalam pelayanan kesehatan adalah perlindungan bagi pasien dari risiko penularan infeksi. Saat ini harga alat sterilisasi kedokteran gigi komersial sangat mahal.

Untuk membeli satu bagian sterilisasi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit yaitu Rp4 juta hingga Rp25 juta. Selain itu, peralatan sterilisasi tersebut rata-rata berat sehingga kurang praktis saat dibawa ke daerah terpencil.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil membuat inovasi alat sterilisasi praktis, multifungsi, ramah lingkungan, dan tanpa tenaga listrik. Alat tersebut diberi nama Dekiler-Box (Dental Kit Sterilisator Box) yang penggunaannya sangat mudah dan tidak memerlukan perawatan intensif.

Kelima mahasiswa dari lintas fakultas di UMS tersebut terdiri atas Wimmy Safaati Utsani yang merupakan mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG); Tifani Nazarudin mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Teknik (FT); Ardhita Rosiana Putri mahasiswa Angkatan 2016 FKG; Muhammad Abu Chaira mahasiswa Angkatan 2016 FKG; dan Bachuroh Fasda mahasiswa Angkatan 2016 FKG.

Di bawah bimbingan drg. Dendy Murdiyanto yang juga Dekan FKG UMS, inovasi dan kreativitas itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC). Hasil karya mereka berhasil lolos seleksi pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2017. Dana untuk penelitian mencapai Rp10 juta.

Ditemui Solopos.com di Kampus FKG UMS, Kamis (13/7/2017), Wimmy Safaati Utsani, selaku ketua Tim PKM-KC, mengemukakan latar belakang pembuatan Dekiler-Box adalah berita tentang seorang dokter gigi yang pernah bertugas di daerah terpencil.

“Kendala dokter tersebut adalah saat memeriksa dan menangani pasien. Fasilitas sterilisasi di daerah tersebut kurang memadai,” ungkap Wimmy. Walaupun sederhana, Dekiler-Box dirancang ramah lingkungan, praktis, tanpa listrik, dan sangat ekonomis.

Pada kotak bagian kedua yaitu pembersihan instrumen, disediakan deterjen dengan bahan kombinasi bio-antibacterial agen laktonat alkaloid. Deterjen ini memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak ada efek racun kuat dan tidak korosif terhadap logam.

“Jadi saat dokter gigi menggunakan alat ini merasa nyaman karena tidak mencemari lingkungan dan hasil dari kesterilan alat juga maksimal,” kata dia.

Dekiler-Box dirancang agar tidak perlu memakai listrik karena pada kotak bagian keempat terdapat panci tekan yang berfungsi sebagai alat alternatif pengganti autoklaf. Prinsip kerja dan hasil kesterilannya sama dengan autoklaf. Yang membedakan antara panci tekan dan autoklaf adalah cara penggunaannya. Autoklaf memakai listrik sedangkan Dekiler-Box memakai alat pemanas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya