SOLOPOS.COM - Ilustrasi vaksinasi. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Dampak vaksin palsu tak bisa dilihat secara langsung. Karena itu, masyarakat yang curiga bisa melakukan vaksinasi ulang.

Solopos.com, JAKARTA — Persoalan vaksin palsu telah menyita perhatian publik belakangan ini. Kementerian Kesehatan bahkan telah merilis 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu dalam pelayanannya. Bagaimana sebenarnya dampak vaksin palsu terhadap anak?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dokter spesialis anak Rini Sekartini, sampai saat ini sebenarnya belum bisa diketahui secara pasti apa dampak dari vaksin palsu tersebut. Pasalnya, komponen kandungan vaksin yang digunakan oleh pemalsu juga belum bisa diidentifikasi. Agar bisa mengetahuinya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.

“Untuk mencurigai apakah digunakan vaksin palsu atau bukan, secara langsung tidak dapat dilihat,” katanya kepada Bisnis/JIBI. Senin (18/7/2016).

Rini menjelaskan vaksin bermanfaat untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu. Biasanya, pada anak diberikan vaksin untuk penyakit polio dan cacar. Jika kandungan dalam vaksin palsu tidak sesuai dengan komponen vaksin yang sebenarnya, dapat dipastikan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit menjadi tidak optimal.

Lantas apa yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya yang dikhawatirkan telah diberikan vaksin palsu? Rini menyarankan untuk segera diberikan imunisasi ulang. Apalagi menurutnya tidak ada pembatasan tertentu dalam hal pemberian vaksin. Dengan demikian, anak harus diperlakukan seperti anak lainnya yang belum diberikan imunisasi dasar.

Dalam sejarahnya, vaksin berhasil membantu masyarakat memusnahkan penyakit-penyakit tertentu. Penggunaan vaksin pertama kali dilakukan oleh Edward Jenner pada 1796 untuk penyakit smallpox. Bahan dasar vaksin adalah virus atau bakteri yang sudah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.

Dalam praktiknya tidak semua orang yang sudah divaksin menunjukkan kekebalan tubuh. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi beberapa hal mulai dari faktor klinis, genetik, jadwal vaksinasi, usia, hingga sistem kekebalan tubuh setiap individu.

Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang, dampak vaksin palsu terhadap anak bergantung erat pada kandungan di dalamnya. Dari keterangan tersangka, diperkirakan vaksin dipalsukan menggunakan cairan infus yang dicampur dengan vaksin asli. Jika memang benar demikian, Maura menuturkan secara umum vaksin palsu tersebut tidak menimbulkan efek berbahaya bagi mereka yang terpapar.

“Vaksin yang hanya berupa cairan biasa tidak menimbulkan kekebalan bagi anak, sedangkan vaksin yang kadarnya rendah dampaknya adalah kekebalan yang tidak maksimal,” tuturnya.

Kementerian Kesehatan melakukan vaksinasi ulang secara bertahap. Tahap pertama pelaksanaan vaksinasi ulang diselenggarakan pada Senin ini di empat lokasi, yakni Puskesmas Kelurahan Ciracas dan RSU Kecamatan Ciracas; RS Harapan Bunda, Jakarta Timur; dan RS Sayang Bunda, Bekasi.

Pada kesempatan kali ini, lebih kurang 26 anak dari 197 pasien yang terindikasi mendapatkan vaksin palsu diminta kehadirannya untk divaksinasi ulang di Puskesmas Ciracas. Sedangkan di RS Harapan Bunda lebih kurang 20 anak dan RSIA Sayang Bunda Bekasi 20 anak. Kegiatan imunisasi akan diawali dengan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh dokter spesialis anak. Pelaksanaan imunisasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang yang telah ditunjuk oleh Pemerintah didampingi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya