SOLOPOS.COM - Owner AA818 Hydroponic, Anggi Pito Lukmanto, memeriksa tanaman hidroponik miliknya di Ngringo, Jaten, Karanganyar, Selasa (5/5/2020). (Espos/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, SOLO – Sistem tanam ala hidroponik untuk bisnis kerap dihadapkan pada pilihan Deep Flow Technique atau DFT dan Nutrient Film Technique alias NFT. Mana sebetulnya yang lebih baik?

Menurut Pemilik AA 818 Hydroponic, Anggi Bitho Lokmanto, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem DFT atau NFT dalam hidroponik. Hal pertama yang harus diperhitungkan adalah biaya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sistem NFT menjadi opsi jika biaya yang tersedia relatif terbatas. Sebab, NFT tidak memerlukan banyak sambungan dan dop baik memakai pipa atau gully. Pipa atau gully tinggal dibuat miring sedalam 3-5 cm, air akan mengalir dengan lancar.

Keunggulan NFT selain hemat biaya, juga debit yang lancar dan suplai oksigen tinggi. Kedua hal ini penting berkaitan dengan pendinginan nutrisi.

Ekspedisi Mudik 2024

Kabar Baik! Zona Covid-19 di Klaten Turun ke Oranye

"Untuk sistem NFT disarankan tempat yang panas. Pertimbangan lainnya dari kestabilan listrik. Listrik stabil bagus untuk NFT," kata Anggi, saat berbincang dengan Solopos.com, beberapa waktu yang lalu.

Anggi menambahkan penggunaan mesin pompa dalam sistem NFT bergantung pada pemilihan mesin pompa. Saat ini, ada banyak mesin dengan daya rendah dengan kekuatan debit tinggi mulai Rp500.000 – Rp1 juta.

Aliran Udara

Selain biaya, ada baiknya petani hidroponik mempehatiakn suhu dan aliran udara di lokasi yang akan dibangun instalasi. Jika sirkulasi udara atau angin minim, disarankan menggunakan sistem NFT. Sebab, NFT memiliki kemampuan menambah suplai oksigen dari lingkungan.

Fabio Quartararo Dominan, Siapa Bisa Hentikan?

"Air yang gemricik menjadi suplai oksigen yang banyak," imbuh Anggi.

Sebaliknya, jika lokasi memiliki aliran udara yang kencang, petani hidroponik sebaiknya menggunakan sistem DFT. Sebab, sistem ini menyimpan air dalam bentuk genangan di dalam instalasi.

Saat tanaman terkena matahari, suhu air akan menjadi panas. Jika tidak ada udara, tanaman akan terpapar panas dalam waktu yang lama. Akibatnya, tanaman layu.

"DFT cocok dipakai di areal yang listrik tidak stabil. DFT lebih mahal dari segi biaya karena banyak dop dan overshock untuk menahan air," terang pegiat Komunitas Hidroponik Soloraya itu.

Wow, Tiga Robot Ikut “Diwisuda” di Undip Semarang

Rakit Apung

Di luar NFT dan DFT, ada pula model rakit apung. Anggi menjelaskan rakit apung mirip dengan DFT. Model ini sangat cocok untuk dipakai di areal yang sangat panas. Rakit apung juga bisa dipakai di daerah minim aliran listrik dan minim sirkulasi udara.

"Rakit apung dengan aliran udara yang tidak bagus masih bisa menunjang. Sebab, dengan kedalaman air sekitar 20 cm, air masih cukup dingin," urai Anggi.

Anggi menambahkan semakin dalam air, semakin dingin suhu nutrisi. Namun, ada kelemahan yakni jika pengadukan tidak sempurna, nutrisi akan mengendap.

Lalu, jika ada penambahan, yang terjadi adalah double nutrisi. "Kalau pengadukan tidak sempurna akan terjadi penggumpalan. Bobot molekul jadi berat dan otomatis mengendap," ujar Anggi.

Sahabat Bediler Sragen Turun Tangan, Ratusan Ekor Tikus Mati Tertembak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya