SOLOPOS.COM - Wakil Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto (kanan) berbincang di Solopos Virtual Talkshow, Wujudkan Sukoharjo Lebih Makmur, Selasa (31/8/2021) malam. (Tangkapan layar)

Solopos.com, SUKOHARJO – Keberadaan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) memberikan manfaat cukup besar bagi roda perekonomian di Sukoharjo Makmur. Tidak hanya Pemkab namun juga masyarakat sekitar pabrik tekstil tersebut.

Wakil Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto menceritakannya di Solopos Virtual Talkshow, Wujudkan Sukoharjo Lebih Makmur, Selasa (31/8/2021) malam. Termasuk awal kepindahan perusahaan dari Solo ke Sukoharjo pada 1978.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Talkshow ini menghadirkan, tiga narasumber. Yakni Chief Strategy Officer Konimex Group, Edward Setiawan Joesoef. Lalu Wakil Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto, dan Region Sales JNE Jateng-DIY, Bambang Widiatmoko

Baca juga: Wujudkan Sukoharjo Lebih Makmur, Ini Saran Pengusaha ke Pemkab

Acara yang didukung oleh Universitas Terbuka (UT) Surakarta, Prodia, Artugo, Konimex, dan JNE Express, dipandu Pemimpin Redaksi Solopos Media Group (SMG), Rini Yustiningsih . Juga disiarkan secara life di Youtube SoloposTV, Instagram @koransolopos, dan Facebook Solopos.com.

Lebih lanjut menurut Iwan Kurniawan Lukminto, keberadaan Sritex di Sukoharjo dimulai pada 1978 dengan lahan 5 hektare. Kondisi sekitar pabrik saat itu hanyalah persawahan dan perekonomian belum begitu pesat.

“Jadi kondisinya sepi. Namun kini lingkungan sekitar pabrik sudah berubah begitu padat tidak hanya warga Sukoharjo tapi juga pendatang,” ujar Iwan Kurniawan yang karib disapa Wawan.

Baca juga: Level PPKM Turun, Bupati Sragen: Waspadai Gelombang III Covid-19!

Kemampuan Beradaptasi Sritex

Menurut Wawan kemajuan itu juga dirasakan Sritex yang kini telah menempati lahan 130 hektare dengan jumlah karyawan 38.000 orang. Iklim investasi yang kondusif di Sukoharjo membuat perusahaan mengembangkan usaha baru. Yakni PT Rayon Utama Makmur yang dibangun pada 2012 dan beroperasi pada 2018.

Kendati memiliki puluhan ribu karyawan, Sritex menurut Wawan tidak menyediakan mes untuk pegawai. Kebijakan ini ternyata memberikan manfaat luar biasa kepada masyarakat sekitar pabrik. Mereka pun membuat indekos, membuka warung sehingga perekonomian masyarakat bangkit.

“Tidak hanya itu Sritex juga menyediakan makan dari radius 5 km dari pabrik. Baik itu nasi dan lauk. Bayangkan jika diberi kerupuk dan telur berapa kebutuhannya dalam sehari. Tidak terlihat tapi sangat membantu perekonomian warga,” kata Wawan.

Baca juga: Ternyata Konimex Orang Tua Angkat UMKM Jamu di Sukoharjo Lur

Sritex menjadi salah satu perusahaan besar yang bertahan di masa pandemi dan tidak me-PHK karyawannya. Hal ini menurut Wawan, tidak terlepas dari kemampuan beradaptasi dan berinovasi.

“Salah satu produk yang membuat Sritex bertahan adalah masker kain dan alat pelindung diri [APD]. Ide membuat masker kain yang antimikroba tidak lepas dari saran Menteri BUMN Erick Thohir. Kemudian dibimbing Kimia Farma, jadilah produk masker,” tambahnya.

Sebagai perusahaan yang berkembang pesat di Sukoharjo, Sritex pun ingin Pemkab Sukoharjo percaya diri untuk mengembangkan kekuatan yang ada di daerah itu. Iklim usaha yang kondisi pun menjadi kunci masuknya investasi.

“Ini yang membuat Sritex tetap di Sukoharjo hingga berkembang pesat. Kendati ada tawaran dari daerah lain untuk pengembangan perusahaan. Tetap pilih Sukoharjo, terlanjut jatuh cinta,” ujar Wawan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya