SOLOPOS.COM - Kompilasi potret 7 Orang Jenderal menjadi sasaran gerombolan G 30 S/PKI. Satu anggota TNI lainnya, , Kapten Pierre Tendean, tak luput menjadi korban karena disangka sebagai Jenderal A.H. Nasution.

Solopos.com, SOLO — Indonesia memiliki kenangan buruk terkait peristiwa G30S/PKI karena pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa termasuk sejumlah jenderal yang diculik PKI.

Berikut ini Solopos.com rangkumkan jenderal yang diculik dan dibunuh PKI pada peristiwa G30S/PKI yang dihimpun dari berbagai sumber:

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

  1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (bisnis.com)

Jenderal yang diculik PKI atau menjadi korban peristiwa G30S/PKI adalah Jenderal Ahmad Yani. Dikutip dari kanal YouTube Calon Magister, Kamis (22/9/2022), Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo, 19 Juni 1922.

Ahmad Yani dibunuh anggota Gerakan 30 September saat mereka mencoba menculiknya. Ahmad Yani meninggal pada usianya 43 tahun.

Baca Juga : Kisah Kiai Tartibi Asal Trucuk Klaten Dihabisi PKI hingga Terluka di Kepala

Kejadian tersebut berlangsung di kediamannya, tepatnya Jl. Latuhari No.6 Menteng, Jakarta Pusat pada 1 Oktober 1965 dini hari. Tak tanggung-tanggung, 200 orang mengepung rumahnya saat itu.

Dalam wawancara antara Indy Rahmawati bersama kedua anak Ahmad Yani, Untung Murfeni dan Irawan Sura Eddy, diceritakan Ahmad Yani meninggal diberondong tujuh butir peluru ketika akan berganti pakaian.

Ahmad Yani gugur tepat dihadapan anak-anaknya. Jenazah Ahmad Yani dan juga beberapa pengawalnya dibawa kelompok tersebut dan dikubur di bekas sumur Kawasan Lubang Buaya. Tubuhnya diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman

Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman
Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman (bisnis.com)

Berikutnya, jenderal yang diculik dan menjadi korban PKI adalah Letjen TNI Anumerta S. Parman. Dia pernah mengenyam pendidikan di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Baca Juga : Menengok Gedung Sarekat Islam di Semarang yang Didirikan Tokoh Pendiri PKI

S. Parman lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918. Selama masa baktinya, S. Parman pernah menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta pada tahun 1945.

S. Parman juga pernah didaulat menjadi Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya pada tahun 1949, Kepala Staf G pada tahun 1950 hingga menjadi Atase Militer RI di London pada tahun 1959.

Berbeda dengan Ahmad Yani, S. Parman diculik PKI dalam keadaan hidup dan dibawa ke Lubang Buaya. S. Parman dieksekusi dengan tembakan dan gugur di usia 47 tahun.

Jenazahnya dimasukkan ke dalam lubang bekas sumur hingga akhirnya jenazah S. Parman diangkat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

3. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto (Wikipedia)

Selanjutnya, jenderal yang diculik PKI adalah tentara kelahiran Purwokerto, 20 Juni 1920. Selama menjalani profesi sebagai TNI, Soeprapto pernah menjadi tawanan dan merasakan dinginnya lantai penjara pada masa penjajahan Jepang.

Baca Juga : Jejak Pembantaian Melibatkan PKI di Solo, 4 Lokasi Ini Jadi Saksi Bisu

Namun kala itu Soeprapto berhasil melarikan diri. Melansir dari disdik.bekasikota.go.id, seusai berhasil melarikan diri dari penjara, Soeprapto bergabung di Pusat Latihan Pemuda, mengikuti kursus kaibodan, seinendan, hingga syuisyintai. Kemudian ia sempat bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Terakhir, Soeprapto menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat membawahi wilayah Sumatera. Soeprapto meninggal di usia 45 tahun dalam serangan G30S/PKI. Jenazahnya juga sempat dikubur dalam sumur bekas di Lubang Buaya hingga akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan

Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan
Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan (Wikipedia)

Sosok berikutnya, jenderal yang diculik PKI ada Mayor Jenderal TNI Anumerta Daniel Isaac Pandjaitan. Dia meninggal di usia 40 tahun akibat peristiwa G30S/PKI. D.I Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925.

Selama masa baktinya, D.I Pandjaitan pernah ditunjuk menjadi Kepala Operasi di Medan lalu dipindahkan ke Sumatera Selatan. Dirinya juga pernah menjabat sebagai Atase Mikiter di Bonn, Jerman Barat.

Baca Juga : Emperan Rumah Warga di Sragen Ini Jadi Kuburan Massal 11 Anggota PKI

Dikutip dari kemdikbud.go.id, kelompok yang bertugas untuk menculik D.I Pandjaitan pada serangan G30SPKI saat itu dipimpin Serma Sukarjo dari Yon 454/Diponegoro. Ia sempat mendapatkan ancaman bahwa keluarganya akan dibunuh jika tidak mau menyerahkan diri.

D.I Pandjaitan harus gugur setelah menerima tembakan dari dua anggota di kelompok tersebut. Jenazahnya juga dibawa ke Lubang Buaya sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo
Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo (bisnis.com)

Selanjutnya jenderal yang diculik PKI adalah Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo. Tentara yang sebelumnya pernah menjadi Pegawai Negeri Sipil Kantor Kabupaten Purworejo ini lahir di Kebumen 23 Agustus 1922.

Selama masa baktinya, pada tahun 1954 Sutoyo Siswomihardjo pernah diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer. Dua tahun setelahnya, ia didaulat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris.

Baca Juga : Jejak Terakhir Mantan Perdana Menteri Berhaluan PKI di Karanganyar

Usai kembali ke Tanah Air, ia mengikuti Kursus C Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darar (Seskoad) di Bandung. Lalu diangkat menjadi Pejabat Sementara Inspektur Kehakiman Angkatan Darat. Hingga tahun 1961, Sutoyo Siswomihardjo secara resmi ditugaskan sebagai Inspektur Kehakiman.

Sutoyo Siswomihardjo meninggal di usia 43 tahun. Dirinya tak luput dari serangan kelompok G30S/PKI. Sama seperti yang lain, jenazahnya sempat dimasukkan ke Lubang Buaya sebelum akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

  1. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono
Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (bisnis.com)

Jenderal yang diculik PKI berikutnya adalah MT Haryono. Dia gugur di usia 41 tahun. MT Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1942. MT Haryono tak luput menjadi sasaran dari G30S/PKI.

Selama menjadi tentara, MT Haryono dikenal menguasai 4 bahasa yakni Indonesia, Inggris, Jerman, dan Belanda. Atas kemampuannya, MT Haryono sering diikutsertakan dalam perundingan dengan pihak Belanda maupun Inggris.

Baca Juga : Ini Jejak Persembunyian DN Aidit di Kota Semarang

Dalam masa baktinya, MT Haryono sempat didaulat menjadi Atase Militer Indonesia di Belanda. Pada tahun 1964, MT Haryono ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Deputy III Menteri Panglima Angkatan Darat.

Dalam tragedi G30S/PKI, MT Haryono meninggal tertembak ketika melawan saat hendak diculik gerombolan G30S/PKI. Jenazahnya juga sempat dibawa ke Lubang Buaya sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.



  1. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo
Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo (sragenkab.go.id)

Daftar terakhir jenderal yang diculik PKI adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Katamso lahir di Sragen, 5 Februari 1923. Katamso gugur di Yogyakarta pada 1 Oktober 1965 di usia 42 tahun.

Dilansir dari jogjaprov.go.id, pada tahun 1963, Katamso ditugaskan sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII Diponegoro yang berkedudukan di Yoryakarta. Bersamaan dengan kudeta di Jakarta, di mana terjadi penculikan para jenderal TNI, PKI juga berhasil menguasai Yogyakarta.

Baca Juga : Penuh Misteri, Pembantaian Libatkan PKI di Solo Terhenti Banjir 1966?

Jenazah Katamso yang gugur bersama dengan Kolonel Sugiono sempat tidak diketahui keberadaannya. Usai pencarian besar-besaran, jenazah keduanya baru ditemukan pada tanggal 21 Oktober 1965.

Pada tanggal 22 Oktober 1965, Katamso dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.

Selain ketujuh jenderal tersebut, Kapten Pierre Tendean juga menjadi salah satu pahlawan yang gugur pada pemberontakan tersebut. Melansir dari kemdikbud.go.id, Pierre Tendean meninggal setelah dihujani empat butir peluru di Lubang Buaya.

Jenazahnya dimasukkan ke dalam lubang bekas sumur bersamaan dengan 6 Jenderal lainnya, yakni Ahmad Yani, S. Parman, Soeprapto, D.I Pandjaitan, Sutoyo, dan juga M.T. Haryono. Mereka kemudian mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi dari Pemerintah Indonesia karena keteguhannya dalam menjaga kedaulatan negeri.

Baca Juga : Mengenang Malam Tragedi Pembantaian PKI di Jembatan Bacem, Puluhan Mayat Terduga PKI Mengapung di Bengawan Solo







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Dongkrak Popularitas dan Elektabilitas, Dico Ganinduto akan Temui Banyak Tokoh

Dongkrak Popularitas dan Elektabilitas, Dico Ganinduto akan Temui Banyak Tokoh
author
Ahmad Mufid Aryono Kamis, 25 April 2024 - 19:43 WIB
share
SOLOPOS.COM - Bupati Kendal, Dico Ganinduto, saat berkunjung ke Griya Solopos, Kamis (25/4/2024). (Solopos.com/Candra Septian Bantara)

Solopos.com, SOLO– Dalam usahanya untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya sebagai bakal calon gubernur (bacagub) Jawa Tengah 2024, politikus partai Golkar, Dico Ganinduto akan gencarkan pertemuan dengan banyak tokoh dan juga figur potensial bacagub Jateng dalam beberapa bulan ke depan. Menurut Dico, sapaanya, tidak lepas dari arahan langsung Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.

“Komunikasi dan perintah beliau [Pak Airlangga] kepada Saya itu untuk menjalin komunikasi dan silahturahmi dengan para tokoh penting dan fiur potensial. Dan itu sudah saya sudah lakukan,” ujar Dico saat ditemui Solopos.com di Griya Solopos, Solo. Kamis, (25/4/2024).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lebih lanjut, suami artis Chacha Frederica mengaku meskipun tengah berikhtiar menuju Jateng 1, Dia tidak melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Bupati Kendal.

“Saya saat ini masih menjabat Bupati Kendal, sementara pendaftaran calon gubernur masih Agustus, jadi waktunya masih sangat panjang. Jadi kalau saya tetap lihat perkembangannya ke depan seperti apa karena banyak faktor-faktor lain yang menentukan.” imbuh dia.

Koran Solopos

Politikus berusia 34 tahun ini berharap ke depan apapun keputusan partai dan di mana pun Dia akan ditempatkan, agar diberikan yang terbaik. “Dan yang paling penting saya tetap bisa memberikan manfaat seluas-luasnya,” paparnya.

Dan apabila Dirinya nanti benar-benar maju, menurut dia, akan menjadikan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai salah satu acuannya. Lantaran punya rapor apik selama memimpin Kota Bengawan.

“Saya sama Mas Gibran kan sama-sama masih muda dan Dia juga mentor saya dan kami pun punya beberapa kesamaan pemikiran. Nanti kalau resmi maju sebagai gubernur yang paling penting bisa menyerap aspirasi rakyat dan bisa meng-convert program pemerintah pusat di daerah,” jelas dia.

Emagazine Solopos

Diketahui, Dico digadang-gadang menjadi salah satu dari dua bacagub Jateng yang bakal diusung oleh Partai Golkar pada Pilgub 2024 mendatang. Sebagaimana yang diungkapkan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

“Salah satunya (Dico), salah duanya nanti kita lihat,” kata Airlangga di Kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Senin (15/4/2023).

Sementara itu, bila mengacu hasil survei elektabilitas bacagub Jateng 2024 versi Lembaga ARCHI Research and Strategy pada awal April 2024, Dico bertengger di urutan ke-3 dengan 13,39%.

Interaktif Solopos

Dirinya masih di bawah mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan 23,21% dan KH Muhammad Yusuf Chudlori dengan 16,07%.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Ini Alasan Surya Paloh Gabung Koalisi Prabowo

Ini Alasan Surya Paloh Gabung Koalisi Prabowo
author
Chelin Indra Sushmita Kamis, 25 April 2024 - 19:37 WIB
share
SOLOPOS.COM - Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto (kanan) bersama Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kiri) memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup di NasDem Tower, Jakarta, Jumat (22/3/2024). Kedatangan Prabowo Subianto tersebut untuk bersilaturahmi dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh usai KPU menetapkan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh membeberkan alasan partainya enggan menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dia menilai pemerintahan Prabowo-Gibran tidak bisa bekerja sendiri membangun Indonesia yang diprediksi semakin banyak tantangan di kemudian hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Oleh karenanya, untuk membuat Indonesia semakin maju dan makmur, Partai Nasdem bakal membantu Pemerintahan Prabowo-Gibran untuk menghadapi semua tantangan.

Koran Solopos

“Apalagi saya katakan kepada saudara sekalian, kami berdua ini bukan baru saja kenal 1-2 tahun saja, tetapi sudah puluhan tahun. Kami berdua ingin bangsa ini maju,” tuturnya di Kertanegara Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024).

Menurut Paloh, untuk menjadi oposisi pada pemerintahan Prabowo-Gibran bisa setiap saat. Sementara untuk berkoalisi tidak bisa.

Meskipun kini Nasdem menjadi koalisi di pemerintahan Prabowo-Gibran, namun Paloh memastikan pihaknya tetap akan menjaga nalar dan daya kritis terhadap Prabowo-Gibran.

Emagazine Solopos

“Kami tetap mengedepankan objektivitas. Tetap menjaga nalar dan daya kritis ya,” katanya.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Terungkap! Alasan Ketum Nasdem Surya Paloh Enggan Jadi Oposisi Prabowo-Gibran”

 

Interaktif Solopos



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Wisuda Periode II Tahun 2024 UKSW: 538 Creative Minority Siap Berdaya Dampak

Wisuda Periode II Tahun 2024 UKSW: 538 Creative Minority Siap Berdaya Dampak
author
Astrid Prihatini WD Kamis, 25 April 2024 - 19:35 WIB
share
SOLOPOS.COM - Prosesi Wisuda Periode II Tahun 2024 di Balairung UKSW Salatiga, Kamis (25/4/2024). (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA-Balairung UKSW Salatiga kembali menjadi saksi atas momen bersejarah, Kamis (25/4/2024), di mana sebanyak 538 Creative Minority resmi dilepas untuk memulai perjalanan profesional mereka. Dengan suka cita dan harapan tinggi, gelaran Wisuda Periode II Tahun 2024 ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademik mereka.

Prosesi wisuda dibuka dengan arak-arakan lulusan dari Lapangan Basket Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menuju Balairung Universitas. Arak-arakan ini dimulai dengan barisan lulusan dengan Indeks Prestasi Tertinggi (IPT) dari masing-masing program studi (prodi), dilanjutkan dengan barisan lulusan sesuai fakultas masing-masing.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Upacara Wisuda Periode II Tahun 2024 dipimpin oleh Senat UKSW Dr. Adita Sutresno, S.Si.,M.Sc., serta dihadiri oleh Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW), Pengurus YPTKSW, dan Pengawas YPTKSW. Selain itu, turut hadir Kepala LLDIKTI Wilayah VI Dr. Bhimo Widyo Andoko, S.H., M.H., yang hadir secara daring, serta Wakil Bupati Bengkayang Drs. H. Syamsul Rizal.

Dalam sambutannya, Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., menyebutkan berbagai capaian dan prestasi UKSW. Capaian terkini UKSW, yaitu masuk dalam peringkat dunia dengan mendapatkan bintang 3 QS Star Rating yang menjadi bukti nyata komitmen UKSW untuk menjadi World Class University. Dalam upaya transformasi pendidikan, UKSW kini memberikan ruang untuk ekspo atau diseminasi Tugas Talenta Unggul sebagai pengganti ujian skripsi tradisional.

Koran Solopos

Kepada para winisuda, Rektor Intiyas juga berpesan untuk selalu mengingat moto UKSW Takut akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan. Rektor Intiyas juga menegaskan bahwa sebagai minorita berdaya cipta, mahasiswa menjadi sekelompok kecil pemimpin yang mampu membuat daya dampak di lingkungan masing-masing.

“Ingat akar dari semua hal yg kita miliki adalah dari Tuhan sang pencipta langit dan bumi,” tambahnya pada Kamis (25/4/2024).

Penuh Haru

Suasana penuh haru terasa ketika di sela sambutannya Rektor Intiyas mengajak para lulusan untuk menyampaikan terima kasihnya kepada orang tua. Diiringi lagu Di Doa Ibuku Namaku Disebut yang dinyanyikan langsung oleh Rektor Intiyas, para lulusan diajak untuk mengingat kembali perjuangan orang tua.

Emagazine Solopos

“Ingatlah bahwa orang tua sebagai orang yang senantiasa mengasihimu memberikan semua yang dimiliki hanya untuk kalian. Kepada orang tua para winisuda, terima kasih dari lubuk hati kami yang terdalam sudah menitipkan putra putri terbaik,” ungkap Rektor perempuan pertama UKSW ini.

Dalam kesempatan ini, juga dilakukan pembubuhan cap jempol pada kanvas Komitmen Kerja Satu Hati. Pembubuhan cap jempol dilakukan oleh Rektor Intiyas dan para Wakil Rektor, serta perwakilan mahasiswa yang memimpin mengucapkan janji winisuda, dan perwakilan orang tua sebagai simbol semangat Satu Hati.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI Dr. Bhimo Widyo Andoko, S.H., M.H., mengapresiasi komitmen dan konsistensi UKSW dalam meningkatkan mutu pendidikan di Jawa Tengah dan menuju World Class University (WCU). “Harapan bangsa adalah lulusan yang memiliki pengetahuan luas, kreatif, dan dapat memberikan kontribusi,” kata Dr. Bhimo Widyo Adnoko.

Interaktif Solopos

Sementara itu, perwakilan wisudawan Allessandro Yosafat Massie mengungkapkan rasa syukurnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung proses belajarnya. “Jangan pernah menyerah pada keadaan. Jangan takut pada kegagalan. Sekalipun hati dan tulang-tulangmu remuk seperti sedang dipatahkan. Bangkitlah dan raih kemenangan,” kata peraih IPT dari Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tersebut.

Peraih IPT

Dalam Wisuda Periode II Tahun 2024 ini, sejumlah lulusan dari masing-masing jenjang UKSW berhasil meraih indeks prestasi tertinggi (IPT). Pada jenjang Strata 1 (S1) peraih IPT adalah Allessandro Yosafat Massie, S.Pd., (3,99) dari Prodi PPKn FKIP.

Untuk jenjang Magister (S2), ada tiga lulusan yang meraih IPK sempurna (4.00) dalam wisuda kali ini. Mereka adalah Denny Indrajaya, M.Si.D., dari Program Studi Magister Sains Data Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Valentino Ruminding, M.Si., dari Program Studi Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi dan Acep Memori Yasohahau Tatema Loi, M.Pd., dari Program Studi Magister Administrasi Pendidikan FKIP.



Sementara itu, pada jenjang Doktor (S3) Dr. Hendrika Yovania Karubaba (4,00) dari Program Studi Doktor Sosiologi Agama Fakultas Teologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories