SOLOPOS.COM - Kompilasi potret 7 Orang Jenderal menjadi sasaran gerombolan G 30 S/PKI. Satu anggota TNI lainnya, , Kapten Pierre Tendean, tak luput menjadi korban karena disangka sebagai Jenderal A.H. Nasution.

Solopos.com, SOLO — Indonesia memiliki kenangan buruk terkait peristiwa G30S/PKI karena pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa termasuk sejumlah jenderal yang diculik PKI.

Berikut ini Solopos.com rangkumkan jenderal yang diculik dan dibunuh PKI pada peristiwa G30S/PKI yang dihimpun dari berbagai sumber:

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

  1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (bisnis.com)

Jenderal yang diculik PKI atau menjadi korban peristiwa G30S/PKI adalah Jenderal Ahmad Yani. Dikutip dari kanal YouTube Calon Magister, Kamis (22/9/2022), Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo, 19 Juni 1922.

Ahmad Yani dibunuh anggota Gerakan 30 September saat mereka mencoba menculiknya. Ahmad Yani meninggal pada usianya 43 tahun.

Baca Juga : Kisah Kiai Tartibi Asal Trucuk Klaten Dihabisi PKI hingga Terluka di Kepala

Kejadian tersebut berlangsung di kediamannya, tepatnya Jl. Latuhari No.6 Menteng, Jakarta Pusat pada 1 Oktober 1965 dini hari. Tak tanggung-tanggung, 200 orang mengepung rumahnya saat itu.

Dalam wawancara antara Indy Rahmawati bersama kedua anak Ahmad Yani, Untung Murfeni dan Irawan Sura Eddy, diceritakan Ahmad Yani meninggal diberondong tujuh butir peluru ketika akan berganti pakaian.

Ahmad Yani gugur tepat dihadapan anak-anaknya. Jenazah Ahmad Yani dan juga beberapa pengawalnya dibawa kelompok tersebut dan dikubur di bekas sumur Kawasan Lubang Buaya. Tubuhnya diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman

Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman
Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman (bisnis.com)

Berikutnya, jenderal yang diculik dan menjadi korban PKI adalah Letjen TNI Anumerta S. Parman. Dia pernah mengenyam pendidikan di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Baca Juga : Menengok Gedung Sarekat Islam di Semarang yang Didirikan Tokoh Pendiri PKI

S. Parman lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918. Selama masa baktinya, S. Parman pernah menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta pada tahun 1945.

S. Parman juga pernah didaulat menjadi Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya pada tahun 1949, Kepala Staf G pada tahun 1950 hingga menjadi Atase Militer RI di London pada tahun 1959.

Berbeda dengan Ahmad Yani, S. Parman diculik PKI dalam keadaan hidup dan dibawa ke Lubang Buaya. S. Parman dieksekusi dengan tembakan dan gugur di usia 47 tahun.

Jenazahnya dimasukkan ke dalam lubang bekas sumur hingga akhirnya jenazah S. Parman diangkat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

3. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto (Wikipedia)

Selanjutnya, jenderal yang diculik PKI adalah tentara kelahiran Purwokerto, 20 Juni 1920. Selama menjalani profesi sebagai TNI, Soeprapto pernah menjadi tawanan dan merasakan dinginnya lantai penjara pada masa penjajahan Jepang.

Baca Juga : Jejak Pembantaian Melibatkan PKI di Solo, 4 Lokasi Ini Jadi Saksi Bisu

Namun kala itu Soeprapto berhasil melarikan diri. Melansir dari disdik.bekasikota.go.id, seusai berhasil melarikan diri dari penjara, Soeprapto bergabung di Pusat Latihan Pemuda, mengikuti kursus kaibodan, seinendan, hingga syuisyintai. Kemudian ia sempat bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Terakhir, Soeprapto menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat membawahi wilayah Sumatera. Soeprapto meninggal di usia 45 tahun dalam serangan G30S/PKI. Jenazahnya juga sempat dikubur dalam sumur bekas di Lubang Buaya hingga akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan

Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan
Mayor Jenderal TNI Anumerta D.I Pandjaitan (Wikipedia)

Sosok berikutnya, jenderal yang diculik PKI ada Mayor Jenderal TNI Anumerta Daniel Isaac Pandjaitan. Dia meninggal di usia 40 tahun akibat peristiwa G30S/PKI. D.I Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925.

Selama masa baktinya, D.I Pandjaitan pernah ditunjuk menjadi Kepala Operasi di Medan lalu dipindahkan ke Sumatera Selatan. Dirinya juga pernah menjabat sebagai Atase Mikiter di Bonn, Jerman Barat.

Baca Juga : Emperan Rumah Warga di Sragen Ini Jadi Kuburan Massal 11 Anggota PKI

Dikutip dari kemdikbud.go.id, kelompok yang bertugas untuk menculik D.I Pandjaitan pada serangan G30SPKI saat itu dipimpin Serma Sukarjo dari Yon 454/Diponegoro. Ia sempat mendapatkan ancaman bahwa keluarganya akan dibunuh jika tidak mau menyerahkan diri.

D.I Pandjaitan harus gugur setelah menerima tembakan dari dua anggota di kelompok tersebut. Jenazahnya juga dibawa ke Lubang Buaya sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo
Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo (bisnis.com)

Selanjutnya jenderal yang diculik PKI adalah Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomihardjo. Tentara yang sebelumnya pernah menjadi Pegawai Negeri Sipil Kantor Kabupaten Purworejo ini lahir di Kebumen 23 Agustus 1922.

Selama masa baktinya, pada tahun 1954 Sutoyo Siswomihardjo pernah diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer. Dua tahun setelahnya, ia didaulat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris.

Baca Juga : Jejak Terakhir Mantan Perdana Menteri Berhaluan PKI di Karanganyar

Usai kembali ke Tanah Air, ia mengikuti Kursus C Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darar (Seskoad) di Bandung. Lalu diangkat menjadi Pejabat Sementara Inspektur Kehakiman Angkatan Darat. Hingga tahun 1961, Sutoyo Siswomihardjo secara resmi ditugaskan sebagai Inspektur Kehakiman.

Sutoyo Siswomihardjo meninggal di usia 43 tahun. Dirinya tak luput dari serangan kelompok G30S/PKI. Sama seperti yang lain, jenazahnya sempat dimasukkan ke Lubang Buaya sebelum akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

  1. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono
Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (bisnis.com)

Jenderal yang diculik PKI berikutnya adalah MT Haryono. Dia gugur di usia 41 tahun. MT Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1942. MT Haryono tak luput menjadi sasaran dari G30S/PKI.

Selama menjadi tentara, MT Haryono dikenal menguasai 4 bahasa yakni Indonesia, Inggris, Jerman, dan Belanda. Atas kemampuannya, MT Haryono sering diikutsertakan dalam perundingan dengan pihak Belanda maupun Inggris.

Baca Juga : Ini Jejak Persembunyian DN Aidit di Kota Semarang

Dalam masa baktinya, MT Haryono sempat didaulat menjadi Atase Militer Indonesia di Belanda. Pada tahun 1964, MT Haryono ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Deputy III Menteri Panglima Angkatan Darat.

Dalam tragedi G30S/PKI, MT Haryono meninggal tertembak ketika melawan saat hendak diculik gerombolan G30S/PKI. Jenazahnya juga sempat dibawa ke Lubang Buaya sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.



  1. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo
Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo (sragenkab.go.id)

Daftar terakhir jenderal yang diculik PKI adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Katamso lahir di Sragen, 5 Februari 1923. Katamso gugur di Yogyakarta pada 1 Oktober 1965 di usia 42 tahun.

Dilansir dari jogjaprov.go.id, pada tahun 1963, Katamso ditugaskan sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII Diponegoro yang berkedudukan di Yoryakarta. Bersamaan dengan kudeta di Jakarta, di mana terjadi penculikan para jenderal TNI, PKI juga berhasil menguasai Yogyakarta.

Baca Juga : Penuh Misteri, Pembantaian Libatkan PKI di Solo Terhenti Banjir 1966?

Jenazah Katamso yang gugur bersama dengan Kolonel Sugiono sempat tidak diketahui keberadaannya. Usai pencarian besar-besaran, jenazah keduanya baru ditemukan pada tanggal 21 Oktober 1965.

Pada tanggal 22 Oktober 1965, Katamso dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.

Selain ketujuh jenderal tersebut, Kapten Pierre Tendean juga menjadi salah satu pahlawan yang gugur pada pemberontakan tersebut. Melansir dari kemdikbud.go.id, Pierre Tendean meninggal setelah dihujani empat butir peluru di Lubang Buaya.

Jenazahnya dimasukkan ke dalam lubang bekas sumur bersamaan dengan 6 Jenderal lainnya, yakni Ahmad Yani, S. Parman, Soeprapto, D.I Pandjaitan, Sutoyo, dan juga M.T. Haryono. Mereka kemudian mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi dari Pemerintah Indonesia karena keteguhannya dalam menjaga kedaulatan negeri.

Baca Juga : Mengenang Malam Tragedi Pembantaian PKI di Jembatan Bacem, Puluhan Mayat Terduga PKI Mengapung di Bengawan Solo







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya