SOLOPOS.COM - Kondisi tanah amblas di Dusun Pringluwang, Desa Bedoyo, Ponjong, Selasa, (6/2/2018). (Harian Jogja/Herlambang Jati Kusumo)

Badan Geologi mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

 
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Setelah melakukan peninjauan pada (14/2/2018) di dua titik tanah ambles di Gunungkidul yang diduga akibat curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini, Badan Geologi mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul menindaklanjuti terjadinya amblesan itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala BPBD, Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan ada dua titik yang diteliti beberapa waktu lalu dan telah diberikan rekomendasi.

“Pertama untuk di Dusun Serpeng, Desa Pacerojo, Kecamatan Semanu, karena luasnya luweng/amblesan yang terbentuk, agar masyarakat berhati-hati, karena dimungkinkan terjadinya longsor masih cukup besar. Sehingga pemasangan police line yang selama ini telah dilakukan, perlu ditambahkan papan peringatan untuk tidak terlalu dekat dengan tebing yang terbentuk,” ujarnya, Selasa (6/3/2018).

Jenis amblesan di Serpeng, berupa Dropout Doline dengan adanya kenampakan longsoran di tebing-tebingnya yang ada, luas diperkirakan 1 hektare- 1,5 hektare dengan panjang/lebar 80meter-100 meter dengan kedalaman 20 meter- 30 meter. Longsor masih berkembang sejak terendamnya dolina pasca Badai Cempaka yaitu adanya longsor di Deesember 2017 dan masih berkembang di awal Februari 2018.

Tidak menutup kemungkinann masih adanya longsor karena kondisi tegaknya lereng terutama di sisi Tenggara. Sedangkan di Dusun di Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, berupa Suffosion Doline dengan adanya runtuhan berupa tanah ke dalam ponor tanpa adanya longsoran dengan diameter 4 meter dan diameter 10 meter. Dampak amblesan tersebut menyebabkan hilangnya lahan pertanian.

Ditambahkan oleh Edy, untuk tempat yang kedua di Pringluwang, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong untuk amblesan skala kecil, masyarakat sekitar sudah terbiasa dengan menutup area menggunakan batang pisang, jerami, batu, dan tanah.

“Disarankan hal tersebut tetap bisa dilakukan, asal yang dimasukan bukan berupa sampah-sampah yang kemungkinan dapat mencemari air bawah tanah nantinya,”katanya.

Faktor penyebab amblesan sendiri di daerah Karst merupakan fenomena alami sebagai bagian dari pembentukan morfologi  Karst itu. Pemicu amblesan di lokasi pada awalnya dipicu oleh cuaca ekstrem siklon Cempaka yang menyebabkan banjir dan timbulnya genangan air di Gunungkidul.

Curah hujan yang sangat banyak menyebabkan masa tanah bercampur air yang semakin lama menjadi jenuh dan mengalir ke dalam lubang-lubang yang ada seperti ponor dan dolina yang sudah ada sebelumnya. Larutnya masa tanah tersebut mengakibatkan masa amblesan tanah di permukaan karena berpindahnya material diatas ke dalam rongga-rongga di bawahnya.

Pelarutan tersebut ada yang menimbulkan erosi dan longsor seperti di Serpeng. Di area amblesan terlihat adanya bekas rongga gua yang dimungkinkan sebagai tempat material tanah tersebut berpindah. Namun ada juga yang skalanya kecil hanya amblesan tanpa longsoran seperti di Pringwulang.

Secara umum Edy mengatakan agar masyarakat tetap waspada terhadap amblesan tanah, namun juga tidak perlu panik dengan kabar yang ada, selalu mengecek berita atau berkordinasi dengan dinas terkait di daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya