SOLOPOS.COM - Ki Ageng Selo. (Demakkab.goid)

Solopos.com, GROBOGAN — Masyarakat Jawa mengenal sosok Ki Ageng Selo sebagai orang yang sakti. Tak hanya itu, Ki Ageng Selo juga meninggalkan pepali atau lazimnya disebut pamali saat ini.

Sosok Ki Ageng Selo, seorang sufi yang hidup pada masa kerajaan Demak. Ia berasal dari Desa Sela, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Ia diyakini sebagai nenek moyang raja-raja Mataram.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ki Ageng Selo disebut sebagai keturunan dari Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V. Ki Ageng Selo juga dikenal karena memiliki ajaran yang diikuti masyarakat hingga saat ini, yakni filsafat hidup dan keagamaan.

Baca Juga: Kisah Ki Ageng Selo dari Grobogan, Nenek Moyang Raja-Raja Mataram

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama (NU), nu.or.id, Rabu (16/2/2022), murid Ki Ageng Selo cukup banyak dan datang dari berbagai daerah. Saat belajar, santrinya mencatat ajaran-ajaran yang disampaikan Ki Ageng Selo. Tulisan-tulisan itu lantas menjadi buah karya pemikiran yang kemudian disebut Pepali Ki Ageng Selo.

Pepali Ki Ageng Selo mengajarkan kesusilaan, kebatinan, dan juga keagamaan. Menurut Soetardi Soeryahoedoyo, pepali adalah ajaran, petunjuk, dan aturan yang mesti ditaati manusia.

Pepali ini ditulis dalam bentuk macapat dan dijadikan sarana penuturan, dakwah, dan media pendidikan. Harapannya, pesan-pesan moral akan mudah tersampaikan.

Baca Juga: Legenda Ki Ageng Selo Grobogan, Sakti Bisa Menangkap Petir

Pepali Ki Ageng Selo dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Bagian pertama, Dandanggula yang berisi kiat manusia menjalankan hidup di dunia. Bagian kedua, Asmarandana membahas konsekuensi atas perbuatan manusia dan cara kembali ke jalan Tuhan. Bagian ketiga, ada Megatruh yang menekankan hubungan Tuhan dengan manusia.

Pepali Ki Ageng Selo selanjutnya atau bagian keempat, Mijil yang menjelaskan proses manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Lalu bagian kelima, Maskumambang yang berisi konsep hidup dan mati dalam tradisi Jawa. Bagian terakhir atau keenam adalah Dhandanggula. Dalam bagian Dhandanggula ini masih membahas bagaimana seharusnya manusia hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya