SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, PALEMBANG — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir, menyinggung banyaknya lulusan sarjana yang menjadi tukang ojek. Fakta itu dilatarbelakangi proses sistem SBMPTN  yang tak tepat.

Kondisi itu menjadikan pemerintah mengevaluasi sistem Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) selama ini. Nasir mengungkapkan pendidikan di perguruan tinggi harus didasari atas pemilihan program studi yang sesuai minat calon mahasiswa. Kuliah tanpa landasan minat dan kompetensi akan menyebabkan hasil yang kontraproduktif saat akan memasuki dunia kerja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu bukti nyata yang terjadi saat ini adalah tidak sedikit lulusan sarjana yang kemudian bekerja sebagai tukang ojek atau sopir taksi online. Terkait hal itu, Nasir mengatakan sistem penerimaan mahasiswa baru saat ini telah disempurnakan melalui penerapan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Tujuannya memastikan mahasiswa kuliah sesuai minat dan kompetensi mereka.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sistem penerimaan mahasiswa baru sekarang menggunakan UTBK. Calon mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi harus sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kalau tidak akan menjadi masalah dalam menghadapi pasar [kerja] ke depan,” ujar Nasir seusai menghadiri kegiatan Simposium Nasional Akuntansi Vokasi (SNAV) VIII IAI di Palembang, Selasa (18/6/2019) seperti dilansir RRI.

Nasir mengakui fenomena ijazah sarjana yang tidak sesuai dengan bidang kerja masih terjadi. Meskipun, menurutnya tingkat perguruan untuk lulusan PT baik politeknik maupun akademik mengalami penurunan. Namun, tingkat penurunan tersebut dianggap relatif belum signifikan.

“Berdasarkan data BPS dari 2018 ke 2019, [lulusan yang bekerja tidak sesuai keilmuan] mengalami penurunan. Tapi, bagi saya kurang signifikan. Harusnya mampu 100 persen terserap industri. Maka pendidikan tinggi harus berkolaborasi dengan industri,” kata dia.

Nasir juga mendorong perguruan tinggi untuk melakukan perubahan dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin dinamis. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghadapi era Revolusi Industri 4.0. agar tidak tertinggal.

Nasir telah menyampaikan kepada seluruh direktur politeknik dan ketua program vokasi di seluruh Indonesia untuk menyesuaikan kurikulum ke arah yang lebih baik. Tujuannya menghadapi masa depan era digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya