SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><b>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash;</b> Pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menengarai pendidikan berlalu lintas belum mentradisi di kalangan pelajar Indonesia. Hal itu, menurutnya memicu banyaknya kecelakaan lalu lintas melibatkan pelajar.</p><p>"Kampanye sadar berlalu lintas penting. Akan tetapi, yang lebih adalah pendidikan budaya tertib berlalu lintas sejak dini untuk menumbuhkan kesadaran berlalu lintas," katanya di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (12/9/2018).</p><p>Menurut dia, sekolah-sekolah belum memberikan selipan dalam suatu mata pelajaran tentang pendidikan budaya berlalu lintas di jalan dan masih banyak ditemukan pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar. Bahkan, mantan Kepala Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata itu mengatakan korban kecelakaan lalu lintas terbesar juga terjadi pada kalangan usia produktif, yakni pelajar dan mahasiswa.</p><p>"Sungguh miris melihat realitas korban kecelakaan di Indonesia. Dari angka kecelakaan lalu lintas, sebesar 55,6 persen korbannya adalah mereka yang berusia produktif, mulai 15-29 tahun," katanya.</p><p>Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata dia, mestinya memiliki wewenang untuk lebih intensif memberikan materi dan pengajaran pendidikan budaya tertib berlalu lintas, mulai TK hingga SMA. Dicontohkannya, Korea Selatan mampu menurunkan angka kecelakaan sebesar 60 persen selama 20 tahun, kemudian Malaysia sudah membentuk Malaysian Institute of Road Safety Research (Miros).</p><p>"Miros berwenang melakukan investigasi terhadap kecelakaan dan memberikan rekomendasi kepada instansi berwenang untuk dilaksanakan, sama seperti Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)," katanya.</p><p>Bedanya, imbuh dia, hasil rekomendasi dari KNKT tidak memiliki sanksi bagi instansi yang tidak melaksanakan sehingga sampai sekarang ini angka dan korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih saja tinggi. Demikian pula keselamatan transportasi umum, kata dia, keberadaan bus pariwisata di daerah masih luput dari pengawasan dan pembinaan berkala dari Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.</p><p>"Secara prinsip, ada empat faktor yang menimbulkan kecelakaan di jalan, yakni manusia, kondisi sarana, kondisi prasarana, dan lingkungan. Untuk angkutan umum, perlu dilihat juga manajemen pengelolaannya," katanya.</p><p>Pada 2011, kata dia, diterbitkan Peraturan Presiden tentang Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-2035 yang bagus dengan program dan target capaiannya untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas. "Ada lima pilar, yakni manajemen keselamatan jalan, jalan yang berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan, dan penanganan pasca kecelakaan," katanya.</p><p>Diakuinya, RUNK Jalan sudah bagus dengan program dan target tujuan, tetapi yang masih belum ada adalah penanggungjawabnya untuk memantau dan mengawasi setiap program yang dijalankan. "Pemerintah harus serius jika ingin angka kecelakaan di Indonesia turun drastis, seperti Korsel. Tertib di jalan mencerminkan budaya bangsa. Bangsa beradap adalah yang masyarakatnya taat aturan lalu lintas," kata Djoko.</p><p><strong><i><a href="http://semarang.solopos.com/">KLIK</a> dan <a href="https://www.facebook.com/SemarangPos">LIKE</a> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</i></strong></p>

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya