SOLOPOS.COM - Ilustrasi berbuka puasa. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Melakukan puasa Ramadan sebulan penuh tidak hanya memberikan manfaat terhadap kesehatan fisik, melainkan juga ada manfaatnya dalam tinjauan psikologi. Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Puasa adalah aktivitas jasadi, nafsani, dan rohani. Tentang pengaruh puasa terhadap kesehatan (fisik) manusia, ada sebuah hadis dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. “Shuumuu tasihhuu. Berpuasalah maka engkau sehat.”

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berikut ini manfaat puasa dalam tinjauan psikologi seperti dikutip dari laman uii.ac.id pada Selasa (5/4/2022):

1. Puasa Meningkatkan Nilai dan Pengalaman Keagamaan

Salah satu aspek penting puasa dalam tinjauan psikologi adalah nilai hidup. Nilai hidup yang berkembang dalam diri seseorang dipengaruhi oleh aktivitas latihan yang dilakukan orang tersebut. Nilai hidup sendiri adalah nilai keagamaan, nilai sosial, nilai teori, nilai estetika, nilai ekonomi, dan nilai politik.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga : Tike Priatnakusumah Pilih Berbuka Puasa dengan Kurma

Puasa Ramadan adalah aktivitas yang dapat mengembangkan nilai keagamaan. Dalam tradisi beragama (Islam di Indonesia), setiap menjelang Salat Tarawih dan sehabis Salat Subuh selalu diselenggarakan kajian keagamaan di masjid-masjid, di samping berbagai acara lain. Pengetahuan agama disampaikan secara massif dan intensif.

Pada intinya, pada waktu berpuasa, orang didorong untuk beribadah dan beramal yang sebanyak-banyaknya. Bila orang yang berpuasa melakukan upaya ibadah vertikal yang semakin intensif.

Selain itu, orang yang berpuasa dimungkinkan untuk mengalami berbagai pengalaman keagamaan. Pengalaman keagamaan digambarkan oleh William James sebagai ungkapan religius yang tertanam dalam relung sanubari terdalam masing-masing pribadi. Menurutnya, setiap manusia suatu saat niscaya mengalami hal-hal yang menggetarkan dan menakjubkan (trembling and fascinating) yang mungkin berlangsung sekejap atau lebih lama waktunya, disadari atau tidak.

2.  Meningkatkan Nilai Sosial

Di samping itu, pada waktu puasa seseorang dianjurkan untuk melakukan ibadah horisontal  misal memberi makan orang yang berpuasa, memberi infaq, menyerahkan zakat fitrah, menyerahkan zakat mal, mengganti ketidakmampuan berpuasa dengan fidyah, dan sebagainya, maka puasa akan meningkatkan nilai sosial. Rasulullah sendiri memberi contoh untuk beramal yang sebanyak-banyaknya kepada orang lain.

Baca Juga: Catat! Ini Manfaat Makan Kurma untuk Buka Puasa

Kekuatan puasa (Ramadan) dalam menghidupkan atau memperkuat nilai-nilai hidup sosial dan agama dicapai melalui proses pengulangan. Pengulangan yang terus menerus memberi bekasan yang relatif menetap dalam diri seseorang. Aktivitas beribadah dan beramal sosial akhirnya menguatkan nilai sosial dan nilai keagamaan seseorang.

3. Meningkatkan Kontrol Diri

Manfaat puasa dalam tinjauan psikologi berikutnya adalah meningkatkan kontrol diri. Salah satu aspek terpenting dari puasa adalah kontrol diri.  Saat berpuasa, seseorang mengontrol diri dari berbagai macam keinginan, baik makan, minim, berhubungan seks, membicarakan orang lain, memaki, berkelahi, dan sebagainya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Rasulullah SAW bersabda, ”Siapapun yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan tindakan jahat (pada bulan radhan), Allah tidak membutuhkan puasanya.” (HR Bukhari, dalam Az-Zabidi, 2002).

Baca Juga: Tips Berpuasa untuk Ibu Menyusui Agar Produksi ASI Tetap Lancar

Berdasarkan hadis itu, diketahui bahwa puasa Ramadan melatih diri kita untuk bersabar, menahan diri dan mengendalikannya dari stimulasi makanan, minuman, dorongan seksual, kemarahan, berdusta, memfitnah, melakukan sumpah palsu, berkata kotor, menggunjing, berbuat nista dan cela

4.  Menurunkan Agresivitas

Agresivitas adalah kecenderungan untuk melakukan perilaku menyakiti orang lain, baik secara fisik ataupun verbal (Baron & Byrne, 2004). Agresi dapat dikurangi atau diperbesar oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di antaranya adalah kesulitan hidup, rasa marah, dan sebagainya. Faktor eksternal di antaranya adalah provokasi dari orang lain, cuaca yang panas, adanya senjata, dan sebagainya.

Bila seseorang berpuasa, maka ia dilatih untuk mengendalikan diri. Sebuah hadis Nabi mengungkapkan bahwa salah satu yang semestinya dilakukan orang yang berpuasa adalah ”berpuasa berkata-kata yang menyakitkan”.

”Tidaklah berpuasa itu menahan diri dari makan dan minum, tetapi berpuasa itu adalah menahan diri dari perbuatan kosong dan perkataan keji. Maka jika kau dicaci orang atau diperbodohnya, hendaklah katakan: ’Saya berpuasa, saya berpuasa’.” (HR Ibnu Khuzaimah, dalam Sabiq, 2007).

Baca Juga: Mimpi Basah di Siang Bolong saat Ramadan Bikin Puasa Batal?

Kecenderungan untuk menyakiti orang lain juga semakin berkurang dengan adanya aktivitas yang menyenangkan bagi orang lain. Selama berpuasa seseorang dilatih untuk memberi makan kepada orang lain untuk berbuka puasa, menyerahkan zakat mal dan zakat fitrah, memelihara silaturahmi (beberapa di antaranya dikembangkan melalui acara berbuka puasa bersama), dan sebagainya. Semua hal di atas akan menumbuhkembangkan kepedulian kepada oramg lain.

5. Meningkatkan Pengendalian Perilaku Seks

Manfaat puasa lain dalam tinjauan psikologi adalah pengendalian perilaku seksual.  Ketika manusia tumbuh dan masuk dalam fase baligh, dorongan seksual itu meningkat. Dorongan yang berasal dari dalam itu menguat terutama bila stimulus-stimulus yang berasal dari luar itu juga kuat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya