SOLOPOS.COM - Sejumlah warga berebut gunungan Syawal Keraton Solo, Minggu (23/4/2023). (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO–Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, K.P. Dani Nur Adiningrat membeberkan makna upacara Garebeg Pasa Keraton Solo Tahun Ehe 1956 yang digelar, Minggu (23/4/2023).

Dani juga menjelaskan makna dua gunungan yang dikirab dan direbutkan masyarakat dalam acara garebeg.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ada dua gunungan yang dikirab dalam Grebeg Pasa dari Keraton Solo menuju Masjid Agung Solo yakni gunungan estri (perempuan) dan gunungan jaler (laki-laki). Serta gunungan kecil atau anak. Menurutnya garebeg pasa merupakan salah satu upacara yang digelar Keraton Solo untuk menyambut Hari Raya Idulfitri.

Tak jauh berbeda dengan garebeg lainnya. Yang membedakan hanya waktu pelaksanaan. Garebeg juga menjadi salah satu bentuk rasa syukur keraton dan masyarakat secara umum yang dilambangkan melalui gunungan.

“Isinya rasa syukur manusia, keraton, Sinuhun yang dilambangkan melalui gunungan jaler dan estri,” kata Dani di Halaman Masjid Agung Solo, Minggu (23/4/2023).

Garebeg juga dikenal dengan pareden, atau dari kata dasar redi yang bermakna gunung. Dani mengatakan, ini melambangkan berkah dan nikmat dari Tuhan yang begitu banyak dan menumpuk seperti gunung. Karenanya sebelum gunungan dibagikan, Kiai Pengulu Tafsir Anom Masjid Agung Solo mendoakan bagi kesejahteraan, keselamatan, dan kekuatan NKRI dan Keraton Solo.

“Jadi berkah Allah seperti tumpukan luar biasa banyaknya,” katanya.

Sepasang gunungan yang terdiri atas jaler dan estri melambangkan keharmonisan dan keseimbangan. Dalam hidup, banyak hal selalu punya sisi lain. Dani mengibaratkan, ada siang – malam, ada panas – dingin, dan lainnya.

Keduanya bisa bermanfaat bila berjalan dengan seimbang. Karenanya isi dari kedua gunungan juga berbeda. Misalnya gunungan estri yang berisi makanan rengginang, onde-onde ceplus, dan nasi komplet. Sementara gunungan jaler berisi sayur segar seperti kacang panjang, dan cabai.

“Ini bukan impian tapi harapan,” kata Dani.

Selama pandemi Covid-19, upacara keraton dalam rangka menyambut Hari Raya Idulfitri tetap dilaksanakan di dalam Keraton Solo. Namun upacara yang melibatkan masyarakat, seperti garebeg pasa ditiadakan dulu. Sehingga garebeg kali ini menjadi garebeg pasa pertama setelah vakum karena pandemi Covid-19.

“Semoga tahun berikutnya akan terus dilaksanakan,” pungkas Dani.

Pantauan Solopos.com, serangkaian kirab dimulai pukul 10.15 WIB. Para abdi dalem berkumpul lebih dulu di halaman pendapa keraton. Sri Susuhunan Pakubuwana XIII melepas pasukan kirab pukul 10.30 WIB. Seluruh pasukan kirab kemudian keluar melalui Kori Kamandungan dan menuju Masjid Agung Solo melalui Bangsal Pagelaran Keraton Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya