SOLOPOS.COM - Pintu penangkal petir alias Lawang Bledeg di Masjid Agung Demak. (Tiwtter)

Solopos.com, DEMAK — Pintu penangkal petir alias Lawang Bledeg di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, memiliki makna mendalam. Pintu yang berada di dalam Museum Masjid Agung Demak ini begitu istimewa dan sakral.

Pintu ini terbuat dari kayu jati dengan ornamen ukiran cantik bergambar dua kepala naga. Konon, ukiran di pintu ini adalah gambar petir yang ditangkap Ki Ageng Selo. Kesaktiannya dipercaya sebagai mitos bahwa tidak ada petir di Demak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Kisah Misteri Pintu Penangkal Petir Alias Lawang Bledeg di Demak

Namun pada kenyataannya, hingga saat ini petir masih menyambar di seluruh kawasan Kabupaten Demak, tak terkecuali Desa Selo. Bahkan, pada 2004 silam, bagian kubah Masjid Agung Demak pernah tersambar petir.

Dulu, pintu dari kayu jati buatan Ki Ageng Selo itu diyakini sebagai penangkal petir. Itulah sebabnya pintu ini diberi nama Lawang Bledeg yang bermakna pintu petir.

Pintu itu didominasi warna merah yang dilengkapi berbagai ornamen. Pintu ini juga termasuk sebagai prasasti Condro Sengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani.

Baca juga:Asal Usul Lawang Bledeg di Masjid Demak, Penangkal Petir?

Makna Pintu Bledeg

Berdasarkan pantauan Solopos.com di kanal Youtube, Kamis (17/2/2022), berdasarkan filosofi orang Jawa, lukisan pada Lawang Bledeg itu memiliki makna mendalam. Pertama, relief mahkota menggambarkan orang-orang pemerintahan, baik itu, raja, ratu atau sultan yang melakukan kegiatan di Masjid Agung Demak.

Kedua, gambar relief naga atau ardawalika diartikan bahwa mitologi Jawa mengakui keberadaan ular naga yang berada pada alam. Tepatnya di lapisan tanah paling bawah yang dikenal dengan sebutan saptapratala. Ardawalika ini memiliki tugas untuk menyangga dan menajga kestabilan dunia agar tidak goncang.

Ketiga, ada relief berupa lung atau stilasi menggambarkan kemakmuran. Lalu yang keempat, ada relief berbentuk jamban bunga menggambarkan keharuman. Dalam hal ini, raja, ratu atau pemegang kekuasaan harus dapat mengharumkan nama negara/kerajaan yang dipimpin.

Baca juga: Syekh Jangkung, Sumber Mitos Orang Pati Nikah dengan Orang Kudus

Relief kelima berupa tumpal yang berarti kecerdasan dimana dalam filosfi ini bermakna tugas para pemegang kekuasaan untuk mencerdaskan bangsa yang dia pimpin.

Secara keseluruhan, makna ukiran berupa relief naga dengan mahkota di Lawang Bledeg adalah penggambaran para pemegang kekuasaan yang bertugas sebagai pemegang keseimbangan di atas muka bumi yang diinterpretasikan dalam bentuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi, khususnya pada wilayah kekuasaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya