SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Hari-hari Stuart Baxter sebagai pelatih Afrika Selatan (Afsel) sempat tinggal menunggu hitungan jari gara-gara performa tak meyakinkan selama fase grup Piala Afrika 2019. Bafana-Bafana, julukan Afsel, memang lolos ke babak 16 besar turnamen.

Namun pencapaian itu dianggap sebuah keberuntungan belaka karena mereka hanya sekali menang di fase grup yakni saat membekuk tim lemah Namibia 1-0. Sisanya, anak asuh Skuat Baxter dipecundangi Maroko dan Pantai Gading dengan skor identik, 0-1.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Publik Afsel pun sudah berkeringat dingin ketika negara mereka harus bertemu Mesir di babak 16 besar, 7 Juli 2019. Bayang-bayang kekalahan besar sudah membayangi benak mereka. Selain statusnya sebagai tuan rumah dan peraih gelar terbanyak Piala Afrika, Mesir diperkuat pemain bintang seperti Mohamed Salah, Trezeguet, hingga Mohamed Elneny.

Nama legenda Afsel, Benny McCarthy, mendadak muncul di permukaan untuk menggantikan Baxter di tengah persiapan tim melawan Mesir. Baxter memang tak populer di mata pendukung Afsel lantaran sering membangkucadangkan pemain terbaik Afsel 2018-2019, Thembinkosi Lorch, di fase grup.

Namun pelatih asal Skotlandia itu berpegang pada prinsipnya. Saat melawan Mesir, Baxter baru memasukkan Lorch sebagai starter menggantikan Themba Zwane yang mendapat akumulasi kartu.

Bafana-Bafana pun berhasil mengguncang turnamen setelah Lorch menjebol gawang Mesir lima menit jelang bubaran. Selama 80 menit lebih, Mohamed Salah dkk. sudah dibuat frustrasi dengan permainan ultra konservatif nan disiplin yang diperagakan Kamohelo Mokotjo dkk. Kemenangan 1-0 sudah cukup untuk membawa “bencana nasional” bagi warga Mesir.

“Yang paling penting adalah mengendalikan permainan. Saya menganggap Mesir tak mengira kami bisa menguasai permainan,” ujar Baxter seperti dilansir Daily Nation, Minggu (7/7/2019).

Baxter bukan orang baru di sepak bola Afsel karena pernah menangani negara tersebut pada 2004. Saat itu, dia hanya bertahan setahun karena Bafana-Bafana gagal terkualifikasi ke Piala Dunia. Baxter kembali ke Afsel pada 2017 setelah tim memecat Ephraim Mashaba gara-gara kritiknya pada asosiasi sepak bola Afsel.

Awalnya Bafana-Bafana ingin mendatangkan nama besar seperti Hugo Broos atau Herve Renard. Namun karena kemahalan, pilihan itu kembali dijatuhkan pada Baxter. Kini Baxter memiliki peluang untuk membuatnya makin dicintai publik Afsel, yakni mengalahkan Nigeria di perempatfinal Piala Afrika 2019.

“Saya kira kami sudah membuktikan bahwa kami layak berada di turnamen ini. Kami bisa menjadi lawan tangguh untuk siapa pun,” ujar pelatih yang pernah melatih di Jepang, Turki, hingga Finlandia tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya