SOLOPOS.COM - Tugu Joko Songo di Matesih, Karanganyar, simbol perjuangan sembilan tentara pelajar yang masih bujangan. (okezone)

Solopos.com, KARANGANYAR — Peringatan Hari Pahlawan Nasional pada Rabu (10/11/2021) di Karanganyar digelar secara virtual. Bupati Karanganyar, Juliyatmono, bersama jajaran di bawahnya mengikuti upacara Hari Pahlawan Nasional di Jakarta secara virtual di rumah dinas Bupati.

Acara dilanjutkan dengan tabur bunga di  Taman Makam Pahlawan (TMP) Dharma Tunggal Bhakti Karanganyar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kemerdekaan Republik Indonesia memang tak lepas dari jasa para pahlawan. Dari sekian banyak pahlawan yang berkontribusi besar pada kemerdekaan bangsa ini, ada di antaranya berasa dari Karanganyar. Mereka adalah Joko Songo yang artinya Jejaka Sembilan.

Sepak terjang Joko Songo ini diabadikan dalam Monumen berupa tugu setingga 2,5 meter di dekat Pasar Matesih, Karanganyar. Di tugu tersebut terdapat tulisan “Angudi Leburing Angkoro Penjajah, Amrih Luhuring Anak Putu”.

Baca Juga: Satlantas Polres Karanganyar Gelar Operasi 2 Pekan, Catat Tanggalnya

Di depan tugu, berjajar sangat rapi 14 bangunan bekas makam tanpa nisan. Dulunya itu makam 14 pejuang kemerdekaan. Namun, jasad mereka kini telah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan. Namun, nama-nama yang pernah dimakamkan di sana, tertera pada prasasti yang berdiri di samping tugu.

Dari 14 pejuang tersebut, sembilan di antaranya masih berstatus jejaka alias bujangan. Dari situ nama Joko Songo diambil dan jadi nama tugu tersebut.

Salah warga setempat yang dianggap sesepuh, Wardoyo, memberikan penjelasan mengenai Joko Songo tersebut, seperti dikutip Solopos.com dari okezone, Rabu (10/11/2021).

Wardoyo dalam wawancara tahun 2017 silam, menceritakan sejarah tugu Joko Songo yang banyak belum diketahui masyarakat. Ia berkisah, Kecamatan Matesih merupakan salah satu daerah pertempuran antara para pejungan dan tentara Belanda. Meski demikian, tidak semua pahlawan di wilayah itu dikenal banyak orang.

Baca Juga: Ngenes, Wong Karanganyar Ditangkap Saat Nikahkan Anaknya di Rumah Besan

Para pahlawan yang gugur sebagian besar gugur berusia muda. Sebagai penghormatan terhadap perjuangan mereka yang gugur di usia muda saat perang pada Desember 1948, dibangunlah tugu Joko Songo (sembilan jejaka).

“Makannya di dinding tugu terpahat kalimat ‘Angudi Leburing Angkoro Penjajah, Amrih Luhuring Anak Putu’, disingkat jadi Alap-alap. Ya, karena para pejuang itu tergabung dalam pasukan Alap-alap,” terangnya.

Tugu tersebut dibangun untuk mengingat kisah heroik sembilan tentara pelajar (TP) yakni Laktoto, Soenarto, Moerjoto, Soenarto, Slameto Roesman, Soekotjo, Soeprijadi, Salam Hasyim, dan Waluyo. Mereka gugur dalam membela Tanah Air pasca-kemerdekaan.

Mereka melakukan pertempuran di seluruh wilayah eks Solo hingga ke Salatiga. Pasukan Alap-alap bermarkas di Gedung Sasana Pustaka Mangkunegaran dan bertugas menjaga keutuhan Keraton Solo dan Mangkunegaran.

Baca Juga: Histori di Balik Pemindahan Gamelan Ki Manteb ke Pendapa Rumdin Bupati

Pertempuran Tak Imbang

Menurut Wardoyo, saat itu 5 Januari 1949 sore di kawasan Doplang dan Pablengan, terjadi pertempuran antara tentara pelajar yang tergabung dalam pasukan Alap-alap dan pasukan Belanda yang sedang patroli dengan panser.

“Saat itu wilayahnya masih belantara. Mereka menghadang tentara Belanda dan menyerang dengan menggunakan bom tarik,” jelas Wardoyo.

Tentara Belanda kocar-kacir hingga membuat komandan pasukan Belanda. Sang komandan kemudian meminta tambahan pasukan bersenjata lengkap yang bermarkas di Solo. Pasukan Tentara Pelajar yang minim alat perang, akhirnya kalah dari pasukan Belanda.

“Konon saat itu pasukan Alap-alap hanya ada belasan dan dikepung oleh tentara Belanda yang berjumlah ratusan dengan senjata lengkap,” lanjut Wardoyo.

Pertempuran yang tidak seimbang membuat pasukan Tentara Pelajar berjatuhan di terjang peluru. Setelah kondisi dirasa aman, jasad sembilan pemuda anggota Tentara Pelajar ini di bawa ke lokasi pengobatan yang sekarang bernama menjadi Puskemas Matesih.

Baca Juga: 2 Hari Beruntun Longsor Terjang Karanganyar, Rumah Warga Jadi Sasaran

Menurut cerita, jasad para pejuang ini diusung dengan bambu dan beralas tikar kemudian dimakamkan di pemakaman dekat Pasar Matesih. Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa sembilan pemuda yang tewas saat pertempuran melawan Belanda ini, akhirnya jasad kesembilan Joko Songo dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Karanganyar.

“Untuk mengenangnya bekas makam tersebut, kini didirikan tugu Joko Songo,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya