SOLOPOS.COM - Pelayat membanjiri rumah duka di Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Senin (1/5/2017). Tampak Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno (batik merah hitam) dan Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto (kemeja putih, bercelana jin biru) juga hadir di rumah duka. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Mbah Gotho sempat mengutarakan niatnya untuk berkunjung ke rumah cucu.

Solopos.com, SRAGEN — Sebelum meninggal dunia, Mbah Gotho sempat menyampaikan keinginan untuk berkunjung ke rumah cucunya yang tinggal di Ngawi. Namun, keinginan itu belum sempat diwujudkan karena Mbah Gotho lebih dulu meninggal dunia pada usia perkiraan 146 tahun, empat bulan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Jasad Mbah Gotho dimakamkan di permakaman umum desa setempat yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Keinginan Mbah Gotho untuk berkunjung ke rumah cucunya di Ngawi itu disampaikan pembawa acara upacara pemberangkatan jenazah ke pemakaman.

Keinginan itu tak bisa dipenuhi oleh para cucunya karena pada saat itu kondisi Mbah Gotho kurang sehat. Keinginan dia pun akhirnya tidak bisa dikabulkan karena ajal keburu menjemputnya.

Sejumlah pelayat menyempatkan melihat wajah Mbah Gotho untuk kali terakhir di rumah duka di Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Senin (1/5/2017). (JIBI/Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Sejumlah pelayat menyempatkan melihat wajah Mbah Gotho untuk kali terakhir di rumah duka di Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Senin (1/5/2017). (JIBI/Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Pemakaman Mbah Gotho dilangsungkan dengan tata cara umat Kristiani. Sebelum diberangkatkan, digelar prosesi tabur bunga oleh pihak keluarga, kerabat, termasuk Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno dan Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto.

Digelar pula ritual brobosan yakni tradisi penghormatan terakhir keluarga kepada jenazah sebelum dimakamkan. Dedy Endriyatno dan Bambang Samekto ikut memikul peti jenazah Mbah Gotho sebelum dimasukkan ke mobil ambulans.

“Bupati sudah berencana mengundang Mbah Gotho untuk hadir dalam prosesi potong tumpeng pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-271 Kabupaten Sragen. Bupati akan mempersembahkan potongan tumpeng itu kepada Mbah Gotho. Namun, kematian adalah hal yang pasti terjadi. Maut tidak bisa ditolak. Siapa yang bisa melawan kehendak Tuhan,” papar Dedy.

Pelayat membanjiri rumah duka di Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Senin (1/5/2017). Tampak Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno (batik merah hitam) dan Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto (kemeja putih, bercelana jin biru) juga hadir di rumah duka. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Pelayat membanjiri rumah duka di Dusun Segeran RT 018, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Senin (1/5/2017). Tampak Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno (batik merah hitam) dan Ketua DPRD Sragen Bambang Samekto (kemeja putih, bercelana jin biru) juga hadir di rumah duka. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Selama hidupnya, Mbah Gotho memiliki empat istri. Dari istri pertama, dia tidak mendapat keturunan. Dari istri kedua dan ketiga, Mbah Gotho dikaruniai masing-masing satu anak. Sementara dari istri keempat, Mbah Gotho dikaruniai tiga anak. Mbah Gotho meninggalkan 25 cucu, 17 buyut dan 12 canggah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya