SOLOPOS.COM - SBY dan Anies Baswedan dalam pembukaan Yudhoyono Institute di Jakarta Theatre, Kamis (10/8/2017) malam. (Twitter/@aniesbaswedan)

Demokrat menjelaskan jas merah yang dipakai SBY dan AHY dalam pembukaan The Yudhoyono Institute.

Solopos.com, JAKARTA — Pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya Gibran Rakabuming di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (10/8/2017), menjadi babak baru hubungan Jokowi dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Apalagi, malam harinya, SBY dan AHY tampil beda dengan mengenakan jas merah dalam pembukaan The Yudhoyono Institute.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Publik pun bertanya-tanya soal arti di balik jas merah itu. Namun, Wakil Sekjen Partai Demokrat Didi Irawadi mencoba menetralisir isu yang berkembang. Menurutnya, tidak ada apa-apa dengan pemilihan warna merah yang tak biasa bagi Demokrat.

“Itu kan merah maroon, saya kira ini menggambarkan budaya. Warna-warna itu enggak ada apa-apa. Ini merah maroon, itu independen, tidak ada hubungan dengan partai, itu bebas saja. Bagaimana jika warna hitam? Jadi Indonesia itu beragam,” kata Didi dalam wawancara via telepon yang ditayangkan live oleh Kompas TV, Jumat (11/8/2017) malam.

Meski Demokrat menyatakan tak ada apa-apa, politikus PDIP Arteria Dahlan yang dihadirkan dalam kesempatan yang sama, menyatakan apresiasinya. “Kita hanya mengapresiasi, apa yang kami yakini, diikuti teman-teman di Partai Demokrat,” katanya. Baca juga: Bukan Jas Biru, SBY & AHY Kompak Pakai Jas Merah.

Namun, Arteria enggan menjelaskan detail pernyataannya tentang apa yang diikuti oleh Demokrat itu. Dia hanya melanjutkan bahwa pertemuan di Istana kemarin sebagai bukti komitmen Jokowi untuk menerima siapapun.

“Ini merupakan ketegasan komitmen Pak Jokowi, dia mengatakan membuka diri bagi siapapun, tidak pernah ingin membikin masalah dengan siapapun. Jangankan Pak SBY, Pak Agus [AHY] saja dilayani Pak Jokowi dengan kekeluargaan,” kata dia.

Dia mengakui pemerintah saat ini masih membutuhkan SBY dalam kapasitasnya sebagai Presiden ke-6 RI. Setidaknya, pemerintah wajib mempelajari apa saja landasan kebijakan pemerintah era SBY. Yang terpenting, kata dia, komunikasi tersebut bisa menepis anggapan bahwa ada pihak-pihak yang menghalangi pertemuan Jokowi dan SBY.

“Saya kira sudah enggak ada. Kalau selama ini dikesankan ada masalah, padahal tidak ada masalah. Ini ada ruang baru, Mas AHY bisa mengatakan ‘saya meminta masukan, nasihat’, karena ada desain besar yang sedang dia kerjakan dengan Yudhoyono Institute. Berikutnya ada pesan dari Bapak saya, apa itu, salam hormat untuk Presiden Jokowi. Ini peradaban baru yang positif,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya