SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Hunian vertikal ke depan diramalkan bakal jadi tren.

Harianjogja.com, JOGJA— Ketersediaan lahan hunian yang semakin terbatas dan mahal, memberikan peluang pengembangan rumah vertikal. Di Jogja, hunian vertikal mulai bertumbuh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Rama Adyaksa Pradipta mengungkapkan, kemunculan banyaknya apartemen di DIY saat ini disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebabnya, antara lain fenomena keterbatasan lahan untuk hunian dan adanya demand atau permintaan akan hunian tersebut.

“Walaupun sejauh ini kebanyakan permintaan hunian vertikal, sebagian besar bermotif investasi. Akan tetapi, lama kelamaan dengan lahan yang semakin mahal dan sulit [dicari], mau tidak mau masyarakat yang ada di Jogja harus beralih ke hunian vertikal,” ujar Rama ditemui di kantornya, Selasa (7/11/2017).

Sejauh ini, kata Rama, wilayah di DIY yang siap secara regulasi untuk pengembangan hunian vertikal adalah Kota Jogja. Kendati pengembangan properti ini banyak dilakukan di wilayah Sleman.

Sebut saja beberapa wilayah pengembangan hunian vertikal yang sudah beroperasi dan telah keluar akad jual belinya, yakni Mataram City dan Student Castel. Sedangkan apartemen lain yang sudah berizin yakni Taman Melati dan Apartemen Uttara. Rama mengungkapkan secara unit yang telah dipasarkan dari apartemen yang sudah ada saat ini, sudah lebih dari 50% terserap pasar.

“Secara selling [penjualan] sudah banyak terserap. Namun yang jadi pertanyaan adalah tingkat huniannya. Karena sampai saat ini motivasi konsumen yang beli adalah untuk investasi,” imbuh Rama.

Terkait dengan polemik pengembangan hunian vertikal khususnya di wilayah Sleman, DPD REI DIY menyatakan kesiapan untuk mendukung prosedur dan regulasi yang dikeluarkan pemkab Sleman. Bahkan, Rama mengimbau kepada anggota REI yang melakukan pengembangan hunian tersebut untuk menanti diterbitkannya perizinan sebelum memulai kegiatan pemasaran.

“Kami juga berharap agar proses perizinan hunian vertikal dapat segera dipercepat. Selain itu, kami juga siap berkolaborasi  dengan pemda dalam mencari solusi menghadapi persoalan perumahan dan permukiman di DIY,” lanjutnya.

Kendati demikian kata dia,pengembangan hunian vertikal masih menghadapi banyak tantangan, meski produk properti ini dinilai dapat menjadi solusi akan keterbatasan lahan. Di antaranya persoalan budaya, karena bagi sebagian besar masyarakat masih menilai sebuah hunian atau rumah adalah yang menapak di tanah.

Landed house atau rumah tapak masih menjadi budaya bagi generasi non milenial. Tetapi bagi generasi milenial yang tidak punya histori landed house, tinggal di rumah dengan halaman yang luas atau dekat tanah pertanian, maka mereka tidak akan terlalu shock untuk pindah ke hunian vertikal,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya