SOLOPOS.COM - Belasan mahasiswa menyaksikan diorama penumpasan PKI di Museum Kostrad, beberapa waktu lalu. (detik.com)

Solopos.com, JAKARTA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo prihatin diorama penumpasan PKI telah hilang dari museum di Markas Kostrad, Jakarta Pusat.

Ia menyebut hilangnya diorama itu sebagai salah satu indikasi penyusupan paham komunis di tubuh TNI.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Patung-patung yang hilang antara lain patung Jenderal Soeharto kala menjabat Pangkostrad, Jenderal (Purn) Abdul Haris (AH) Nasution, dan Letjen Sarwo Edhie Wibowo.

Seperti apa diorama yang kini hilang itu?

Tiga Tokoh

Patung ketiga tokoh militer Tanah Air yang dimaksud Gatot Nurmantyo dibuat setinggi badan orang dewasa.

Patung Soeharto dibuat berpakaian loreng khas Kostrad, dengan pose berdiri menghadap ke arah patung Sarwo Edhie, sambil mengacungkan tangan.

Sementara patung Sarwo Edhie dibuat dengan pose sikap sempurna dan tangan kiri memegang tongkat komando.
Patung Sarwo Edhie dibuat seolah sedang memakai seragam dan atribut lengkap Kopassus.

Berhadapan

Patung Soeharto dan Sarwo Edhie dibuat berhadapan.

Sekedar informasi, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo adalah mertua mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Tuding TNI Disusupi Paham Komunis, Apa Kata Kostrad? 

Masih di ruangan yang sama, patung AH Nasution berpose duduk di sofa merah dan kaki kiri diletakkan di atas meja kayu dengan permukaan kaca.

Seolah menggambarkan kondisi AH Nasution seusai ditembak oleh pasukan yang hendak menculiknya.

Tangan kiri patung AH Nasution memegang tongkat kayu panjang.

Beri Petunjuk

Diorama ini disebut Gatot Nuramantyo menggambarkan momen Soeharto sedang memberikan petunjuk ke Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako seusai upaya penculikan AH Nasution.

Kini ketiga patung tersebut sudah tak lagi ada di Museum Dharma Bakti.

Kostrad menerangkan inisiatif pembongkaran patung-patung tersebut bukan berasal dari pihaknya.

“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujar Kepala Pusat Penerangan Kostrad, Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).

Dibongkar Pembuatnya

Haryantana menerangkan pada 30 Agustus 2021 mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menemui Pangkostrad, Letjen Dudung Abdurachman.

Pertemuan kala itu juga dihadiri Kaskostrad dan Irkostrad.

“Yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryantana.

Haryantana menuturkan Azmyn Yusri Nasution adalah penggagas pembuatan patung-patung tersebut.

Pembuatan patung dilakukan kala dirinya menjabat sebagai Pangkostrad, 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

Baca Juga: Panglima TNI: Tudingan Gatot Nurmantyo Soal Paham Komunis Tak Ilmiah 

“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” terangnya.



“Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryantana.

Bukti Nyata Kehancuran

Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyebut patung-patung diorama penumpasan G30S/PKI telah hilang dari Markas Kostrad.

“Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot dalam video yang beredar dan dikutip solopos.com.

“Ini menunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya