SOLOPOS.COM - perajin tenun di pedukuhan Damen, desa Wijimulyo, kecamatan Nanggulan melanjutkan kegiatan menenun stagen usai meladang, Jumat (20/6/201). (Holy Kartika N. S/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO-Masih ingat stagen? Yup, alat peramping perut tradisional yang biasa dikenakan ibu-ibu dan remaja putri. Kini keberadaan stagen memang banyak digantikan korset yang praktis. Tapi ternyata industri tenun stagen tidak pernah mati. Ini dia desa stagen di Kulonprogo.

Dibalik luasnya areal persawahan di Nanggulan, Kulonprogo, ada satu wilayah yang dikenal sebagai kampung tenun. Pedukuhan Demen yang berada di desa Wijimulyo kecamatan Nanggulan sudah sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM). Tenun stagen hasil kerajinan warga desa ini bahkan banyak diminati warga ibukota, Jakarta. Bahkan, peminat pun rela berburu langsung ke Nanggulang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Di setiap rumah pasti punya alat tenun, simbah-simbah juga masih banyak yang menenun,” ujar Muginem penenun di desa ini saat disambangi Harianjogja.com, Jumat (20/6/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Di desa ini masih dapat dijumpai ibu-ibu berusia lanjut yang masih menenun stagen di serambi rumah mereka. Muginem mengatakan kegiatan menenun biasanya dilakukan disela waktu senggang di rumah. Misalnya pagi sebelum berangkat ke ladang untuk menggarap sawah, dan siang hingga sore hari sepulang dari sawah atau kebun.

Ukuran stagen yang ditenun bervariasi, antara lima meter yang paling pendek, 10 meter hingga 20 meter. Marsuti, salah satu pengepul tenun stagen di desa ini mengatakan hasil stagen yang dibuat para warga di desa ini banyak dikirim ke Jakarta. Pesanannya pun juga terus bertambah seiring dengan meluasnya penjualan stagen ini dari Jakarta.

“Kami sudah punya pembeli langganan dari Jakarta. Belum lama ini pernah ada pembeli dari Bandung, tapi permintaannya terkadang mendadak dan desain yang diinginkan terlalu rumit,” imbuh istri Kepala Dukuh Demen ini.

Harga tenun stagen ini cukup variatif tergantung kualitas pengerjaan dan ukurannya. Perajin di desa ini mematok harga berkisar Rp16.000 sampai Rp20.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya