SOLOPOS.COM - Panen garam di area pertanian garam Desa Kedungmalang, Jepara, Jateng, Kamis (20/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)

Para pengolah ikan asin dan pindang memutar otak untuk menyiasati kelangkaan garam.

Solopos.com, JAKARTA — Pelaku usaha pemindangan ikan atau ikan asin bersiasat menyusul lonjakan harga garam di pasaran. Siasat dilakukan agar harga jual ikan pindang tidak ikut-ikutan naik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sukasa, pengolah ikan pindang di Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur, menghemat dengan menggunakan air garam untuk beberapa kali perebusan. Langkah ini bisa menjaga harga ikan asin tidak naik.

Ekspedisi Mudik 2024

“Biasanya air itu saya pakai sehari, lalu dibuang, besoknya ganti lagi pakai yang baru. Sekarang enggak. Air itu saya pakai sampai dua atau tiga hari,” katanya saat dihubungi Bisnis/JIBI, Minggu (23/7/2017).

Sukasa menceritakan, harga garam menanjak mulai Maret ke posisi Rp150.000 per karung (50 kg) atau Rp3.000 per kg dari hanya Rp70.000 per karung atau Rp1.400 per kg pada awal tahun. Harga garam kian menanjak sebulan terakhir menjadi Rp250.000 per karung atau Rp5.000 per kg.

Dalam usaha pemindangan, selain memberi rasa, garam juga berperan sebagai pengawet ikan pindang. Sukasa membutuhkan 50 kg garam untuk penggaraman dan perebusan 500-700 kg ikan. Dalam sehari, dia mengolah 1,5 ton ikan cakalang atau baby tuna dengan mempekerjakan 30 orang tenaga pengolah dan pemasar.

Dengan siasat itu, Sukasa dapat mempertahankan harga jual Rp16.000-16.500 per kg kepada pedagang di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya