Solopos.com, WONOGIRI — Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri memberikan pendampingan kepada remaja Wonogiri yang sempat hilang setahun lalu, Meyda Tiara Kusuma Wardani, 16.
Terkini, remaja perempuan itu mengaku tak nyaman dengan kondisi di keluarganya sehingga memilih tinggal bersama neneknya. Orang tuanya tinggal di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri sedangkan neneknya berada di Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pengakuan Meyda itu muncul saat bertemu dengan pendamping dari P2TP2A Wonogiri, Ririn Riyadiningsih, beberapa waktu lalu. Petugas P2TP2A Wonogiri itu melakukan pendampingan untuk pemulihan psikis Meyda pascapulang ke rumah.
Baca Juga : Pengakuan Remaja Wonogiri yang Hilang Setahun Lalu Soal Kepergiannya
P2TP2A Wonogiri menawari Meyda mengikuti pelatihan guna mengobati mentalnya selama enam bulan di sebuah asrama Kabupaten Sukoharjo. Menurutnya hal itu perlu dilakukan karena anak tersebut tak bisa hanya berdiam diri di rumah saja untuk mengobati trauma.
Saat ini, Meyda lebih memilih pulang ke rumah neneknya di Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Ririn tidak mempersoalkan keputusan Meyda. Tetapi, katanya, kondisi itu tidak bisa berlarut-larut.
“Dia lebih nyaman di sana dan itu tidak masalah. Tetapi kami juga terus memberi motivasi bahwa boleh nyaman, tetapi harus bisa berpikir apa yang harus dilakukan ke depan. Tidak boleh terus berdiam diri,” kata Ririn.
Baca Juga : Cerita Meyda Wonogiri Setahun Kabur & Takut Pulang ke Rumah
Ririn menyampaikan remaja perempuan itu memerlukan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar selama pemulihan psikologi. Sebabnya, Meyda disebut masih mengalami trauma atas konflik yang terjadi pada dirinya dengan ayahnya.
Kenyataan itu terungkap saat Meyda bertemu Ririn. Dari hasil pendampingannya, Ririn mengungkap bahwa awal kepergian Meyda erat kaitan dengan kondisi tidak nyaman di keluarga.
“Kemarin, setelah melakukan pendampingan, kami langsung mencari Ketua RW setempat. Saya menunjukkan kondisi sebenarnya dan di situ ada orang tua. Bahwa ayahnya, Gatot, mendidik anaknya terlalu keras,” kata Ririn.
Baca Juga : Ayah Remaja Hilang Wonogiri Terbengong Lama Saat Bertemu
Tidak Perlu Kekerasan
Masih menurut Ririn, sejumlah warga yang hadir pada pertemuan itu mengamini bahwa Gatot terlalu keras dalam mendidik anak. Dari pertemuan tersebut, Ririn berusaha memahamkan orang tua Meyda perihal kondisi anaknya. “Apapun kondisi anak, orang tua tak harus mendidiknya keras,” imbuh dia.
Di sisi lain, Ririn mengungkapkan alasan Gatot mendidik Meyda sedemikian rupa. Salah satunya karena rutinitas pulang malam. “Alasannya karena anaknya pulang malam-malam hingga membuat ayahnya jengkel. Kemudian, sang anak tidak terima karena ayahnya bicara keras di depan teman-temannya. Itu sebenarnya yang membuat sang anak trauma dan pergi ke rumah neneknya,” ucapnya.
Baca Juga : 5 Fakta Guru Silat Meyda Remaja Wonogiri Hilang Misterius
Ririn mendorong orang tua menerapkan pola didik yang pas untuk menyikapi anak pulang malam. Salah satunya dengan memberikan arahan yang membuat akan nyaman. “Meyda yang berulang kali pulang malam tak memiliki arahan yang membuat dia nyaman. Justru yang didapat perilaku kasar dari orang tua. Hal tersebut bertentangan dengan jiwa si anak,” ungkap dia.
Ririn juga mengingatkan bahwa kasus yang terjadi pada Meyda mesti menjadi pelajaran bagi semua orang tua. Pola didik anak di masa sekarang, kata dia, tidak bisa disamakan dengan dahulu.
“Tidak bisa serta merta harus dengan kemauan orang tua, tapi bagaimana komunikasi dua arah antara orang tua dan anak harus seimbang. Semisal kemauan anak tidak sesuai dengan harapan. Orang tua cukup mengarahkan. Tidak harus dengan kekerasan,” pungkasnya.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
