SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Cara merawat keris menjadi salah satu materi dalam kegiatan Serasehan bertajuk Ngaji Keris digelar di Raminten Lantai Ketiga Resto Hamzah Batik
Harianjogja.com, JOGJA – Serasehan bertajuk Ngaji Keris digelar di Raminten Lantai Ketiga Resto Hamzah Batik, Jalan Ahmad Yani, Kawasan Malioboro, Kota Jogja, Minggu (23/10/2016) pagi.

Serasehan dihadiri para pemerhati dan pegiat seni budaya tosan aji dari berbagai daerah ini bertujuan untuk melestarikan budaya tersebut.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Budaya tosan aji merupakan pelestarian berbagai senjata tradisional yang terbuat dari besi yang dianggap sebagai pusaka. Ketua Pametri Wiji RM Puspodiningrat menjelaskan, serasehan dengan tajuk ngaji keris kemarin merupakan sosialisasi terhadap masyarakat tentang keris yang sudah ditetapkan sebagai peninggalan sejarah.

Menurutnya, kadang ada tanggapan negatif terhadap duwung atau keris, siang perlu diberikan sosialisasi tentang tosan aji.

Ekspedisi Mudik 2024

“Harus punya komitmen untuk melestarikan warisan budaya ini.
Kalau tidak kenal dengan duwung maka pemahaman berbeda, bahkan rancu, sehingga akan menganggu pelestarian budaya tosan aji,” terangnya dalam serasehan tersebut kemarin.

Pria yang biasa disapa Romo Kunyun ini menambahkan, keris untuk souvenir, dibuat khusus untuk cindera mata, sehingga tidak perlu ada nuansa magis.

Bersambung halaman 2

Berbeda dengan keris atau duwung yang mempunyai kedudukan tertentu, memiliki papan baik di masyarakat Jawa maka harus dirawat dengan baik. Ada bulan khusus untuk merawat pusaka tersebut yaitu bulan suro. Karena bulan ini memiliki filosofi awal bulan setiap tahunnya.

“Awal bulan harus bersih-bersih diri, supaya berjalan dalam tahun harapannya selamat. Ini disimbolkan dengan merawat pusaka. Tradisi ini juga berjalan di dalam kraton baik Solo maupun Jogja, membudayakan jamasan pusaka. Kalau di dalam kraton di bulan Suro ini diambil hari Selasa Kliwon dan Rabu Legi,” terangnya.

Keris yang memiliki nilai historis, cara merawat atau warangka sama seperti memelihara memang agak berbeda. Romo mendetailkan, bahan yang biasa digunakan untuk memandikan antara lain, air bersih,  jeruk nipis, warangan dan lerak.

“Warangan yang sudah jadi dicampur dengan air perasan jeruk nipis tadi, kemudian minyak pusaka, diberikan aroma sesuai dengan selera, aroma mlati dan lainnya. Kalau peralatan seperti kuas, sikat dan lap kain,” kata dia.

Kegiatan serasehan tentang keris pusaka itu diikuti puluhan para penggemar keris dari berbagai daerah. Mereka saling berdialog dalam rangka merawat keris dengan baik dan benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya