SOLOPOS.COM - Hacker di AS diklaim berusaha curi data-data rahasia Covid-19. (Istimewa/Ilustrasi)

Solopos.com, JAKARTA -- Data pribadi 279 juta penduduk Indonesia dikabarkan bocor. Kemenagri dan Kemeninfo sedang melacak dari mana sumber data yang dijual secara online itu berasal.

Dulu, data pribadi belum dianggap banyak orang sebagai data berharga yang harus dirahasiakan. Seiring dengan perkembangan teknologi, data pribadi menjadi sesuatu yang substansial untuk sejumlah kepentingan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lantas apa sih bahayanya bila data pribadi kita bocor atau dicuri orang?

Mengutip laporan CNN Indonesia pada 8 Januari 2021, analis media sosial Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mengatakan sejumlah masyarakat tidak paham dengan potensi kejahatan akibat kebocoran data pribadi. Data itu seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, nomor telepon hingga email.

"Orang Indonesia cenderung tidak paham dengan bahaya dari data pribadi yang menyebar. Jadi kalau tersebar, mereka biasa saja," ujar Ismail.

Ancaman yang berpotensi terjadi adalah scam dan phising. Scam adalah tindakan penipuan dengan berusaha meyakinkan pengguna, misal memberitahu pengguna jika mereka memenangkan hadiah tertentu yang didapat jika memberikan sejumlah uang.

Sementara phising adalah teknik penipuan yang memancing pengguna. Misal untuk memberikan data pribadi mereka tanpa mereka sadari dengan mengarahkan mereka ke situs palsu.

Pengamat keamanan siber, Alfons Tanujaya, juga khawatir pengguna akan dipancing untuk masuk ke situs yang sudah kita miliki akunnya namun mereka meminta kita untuk mengisi ulang datanya. Kondisi ini bisa dimanfaatkan peretas untuk mendapatkan data-data penting seperti password akun pengguna.

"Kalau tidak salah ingat setiap kali login dari IP/ perangkat baru (pengguna) akan diminta OTP. Maka harusnya cukup aman meskipun ada kemungkinan eksploitasi scam dan phising, " ujar Alfons.

Baca Juga: Pura-Pura Sakit untuk Mendapat Perhatian? Bisa Jadi Mengidap Sindrom Ini

Ini dia ancaman yang dapat terjadi jika data kita bocor:

1. Bongkar Password

Masih banyak dari pengguna internet yang menggunakan tanggal lahir sebagai password atau kata kunci untuk mengakses aku email dan media sosial. Dengan mengetahui tanggal lahir korban, peretas bisa saja membuka dan membajak akun korban.

Oleh karenanya, pengguna Internet disarankan untuk tidak menggunakan tanggal lahir sebagai password dan rutin menggantinya. Selain itu, netizen juga disarankan mengaktifkan sistem pengamanan two factor authentication (TFA) dengan menggunakan one time password (OTP) melalui SMS hingga USSD. TFA melibatkan pihak ketiga yaitu operator untuk mengirimkan OTP yang digunakan untuk otorisasi transaksi.

2. Dibuat Untuk Mengakses Pinjol

Data pribadi kita juga bisa disalahkgunakan bagi peretas untuk mengajukan pinjaman online (pinjol). Kemudian kita baru sadar menjadi korban peretasan setelah muncul tagihan. Yang tak kalah parah, data kita bisa disebar ke sejumlah orang dan situs dengan status orang yang terlibat utang.

Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Diklaim Paling Banyak Digunakan di Dunia, Ahli: Aman dan Efektif!

3. Profiling untuk target politik atau iklan di media sosial

Data-data personal yang diambil bisa dipakai untuk rekayasa sosial hingga profiling (membuat profil pengguna). Bia 279 juta data tersebut diproses, maka big data itu bisa dianalisis yang bermanfaat untuk profiling penduduk.

Misalnya berdasarkan umur dan demografi penduduk berdasarkan lokasi, hobi, hingga jenis kelamin. Big data tersebut bisa digunakan untuk sosialisasi politik maupun target iklan di media sosial.

Hal ini serupa dengan yang dilakukan Cambridge Analytica dengan data pengguna Facebook. Perusahaan itu menggunakan profiling warga AS untuk menargetkan artikel tertentu kepada pengguna. Artikel ini berisi penggiringan opini agar warga pada akhirnya mendukung calon Presiden Donald Trump saat itu.

4. Bobol Layanan Keuangan

Pakar keamanan siber dari CISSRec, Pratama Persadha, mengingatkan data nomor telepon dan sebagainya itu bisa digunakan untuk membobol akun media sosial atau layanan lain. Sebagai contoh untuk membobol layanan pembayaran digital seperti Gopay atau Ovo.

Baca Juga: Setelah Video Syurnya Beredar Luas, Bu Kadus di Kendal 3 Hari Bolos Ngantor

5. Telemarketing

Data nomor telepon bisa diperjualbelikan untuk kepentingan telemarketing. Maka tak heran jika seseorang mendapat panggilan telepon dan ditawarkan sebuah jasa atau produk.

Anehnya, penelpon sudah mengetahui nama lengkap Anda meski tak pernah berafiliasi dengan perusahaan tersebut sama sekali.

Selain itu, SMS spam berbau penipuan mulai penawaran berhadiah juga cukup menjengkelkan. Kita bisa menjadi 'korban' telemarketing ketika data nomor ponsel sudah tersebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya