SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Sragen Suroto menyerahkan piagam wisuda bagi perwakilan ribuan keluarga yang sudah mengundurkan diri dari bansos PKH di Aula Sukowati Setda Sragen, Rabu (29/12/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Enam orang ibu berdiri dari tempat duduknya. Mereka berjalan ke depan mendekati meja tempat Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Sragen di Aula Sukowati Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Rabu (29/12/2021).

Mereka bersiap diwisuda menjadi keluarga mandiri dan sejahtera mewakili 2.128 keluarga lain di Sragen yang tergraduasi dari program keluarga harapan (PKH). Mereka terentaskan dari kemiskinan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Samini, 38, warga Dukuh Pinggir RT 018, Desa Tanggan, Gesi, Sragen berdiri paling utara. Perlahan, Samini didekati Bupati, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, membawa sertifikat dan penghargaan untuk keluarga yang terentaskan dari kemiskinan.

Baca Juga : Ribuan Keluarga di Sragen Tolak Bansos PKH, Alasannya Keren!

Sertifikat itu akan diserahkan kepada Samini. Sebelumnya, Bupati bertanya pada Samini alasan keluar dari PKH. Padahal, Samini baru setahun sebagai peserta PKH.

“Saya baru setahun sebagai peserta PKH. Saya merasa masih banyak orang yang [secara ekonomi] masih di bawah saya. Saya merasa lebih mapan dan saya sudah memiliki usaha sendiri,” ujar Samini saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu siang.

Lima orang warga lain yang masuk daftar graduasi PKH juga mendapatkan sertifikat yang sama dari pejabat lain yang hadir dalam wisuda graduasi peserta PKH. Samini memiliki seorang anak yang belajar di Kelas V SD. Suaminya merantau ke luar Jawa.

Baca Juga : Harga Elpiji Nonsubsidi Naik Bikin Pemilik Pangkalan di Solo Khawatir

Ia berjualan aneka kripik, seperti kripik tempe, kripik benguk, kripik sukun, dan seterusnya selama enam tahun terakhir. “Saya tidak mau menerima bantuan PKH lagi karena saya sadar diri. Saya punya usaha sudah bersyukur. Maish banyak warga lain yang tidak mampu,” katanya.

Dari hasil usahanya, Samini mendapatkan penghasilan Rp2 juta-Rp3 juta per bulan. Produk UMKM Samini sudah menembus sejumlah minimarket di Kabupaten Sragen.

“Saya masih sehat. Selama terus berusaha pasti ada jalan atas masalah yang dihadapi,” katanya.

Baca Juga : Lapak Darurat Rampung, 1.700 PKL Malioboro Siap Relokasi Awal Januari

Usaha Angkringan

Kesadaran yang sama juga dimiliki Endang Sarwastuti, 41. Warga yang tinggal di Dukuh Badran RT 029, Desa/Kecamatan Gondang, Sragen sudah menjadi peserta PKH selama 10 tahun, sejak 2011.

Kini, Endang menyatakan keluar dari kepesertaan PKH. Padahal, Endang memiliki empat anak. Dari empat anak itu, hanya satu anak sudah lulus sekolah. Anak nomor dua masih Kelas I SMK, anak nomor tiga duduk di Kelas III SMP, dan anak bungsu masih Kelas VI SD.

Ia sadar ketiga anaknya membutuhkan biaya sekolah. Suami Endang bekerja sebagai petani penggarap. Namun, Endang optimistis bisa membiayai dan menghidupi keluarganya dengan membuka usaha angkringan di Pasar Gondang.

Baca Juga : Harga Elpiji Nonsubsidi Resmi Naik, Segini Harga Terbaru dari Pertamina

Ia sudah berjualan di warung HIK sejak empat tahun terakhir dan mulai buka pukul 05.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Bansos PKH yang diterimanya dulu digunakan belanja barang kebutuhan warung angkringan.

“Pertama dulu dapat bansos PKH Rp1,2 juta. Sebagian untuk pendidikan anak dan sebagian untuk modal usaha,” tutur dia.

Ia menceritakan uang bantuan PKH dibelikan termos kali pertama. Kemudian, lanjutnya, membeli gelas dan perabot jualan lainnya.

“Demikian seterusnya hingga sekarang sudah punya gerobak angkringan sendiri. Dalam sehari bisa mendapatkan Rp270.000 kotor. Saya bisa menabung Rp130.000 per hari untuk kebutuhan sewaktu-waktu.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya