SOLOPOS.COM - Wahyu Nugroho, 19, sedang menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk menambal ban di rumahnya Minggu (7/3/2021). Wahyu yang juga seorang pelajar setiap harinya bekerja sambilan menambal ban sepeda motor panggilan tanpa mematok biaya. (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, KARANGANYAR - Wahyu Nugroho, 19, menjadi perbincangan lantaran aksi mulianya. Pelajar SMK Muhammadiyah 1 Karanganyar itu menerima panggilan tambal ban dan mau dibayar seikhlasnya karena tak mematok harga.

Wahyu merupakan warga Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar. Dia mulai merintis usaha tambal ban selama lima bulan terakhir. Dia menjalankan usahanya dengan metode promosi online lantaran juga melayani panggilan untuk menambal ban di wilayah Soloraya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meskipun profesi tambal ban bukanlah hal yang spesial, namun, apa yang dilakoni oleh Wahyu berbeda dibandingkan kebanyakan pelaku jasa tambal ban lainnya. Pasalnya, saat melayani panggilan menambal ban sepeda motor, Wahyu tidak pernah mematok tarif jasa.

Baca Juga: Soal Pencopotan Ketua DPC PKB Solo, Ini Penjelasan DPP

Wahyu mengakui potensi meruginya usaha tersebut tinggi. Namun hal tersebut tidak membuatnya berhenti. Hal ini karena dia melaksanakan pesan yang diberikan ibunya untuk bekerja dengan niat membantu dan bukannya mencari keuntungan.

“Awalnya itu bulan Mei 2020 saya kan sekolah online. Ibu bilang kok saya kayak pengangguran cuma di rumah saja. Diminta cari kegiatan. Lalu ada bengkel tambal ban yang butuh tenaga, lalu saya coba," katanya saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Minggu (7/3/2021).

"Setelah beberapa bulan, saya mencoba buka sendiri. Nah pas buka sendiri itu, ibu bilang ke saya kalau saya itu enggak boleh mematok harga jasa karena niatnya harus membantu, bukan karena cari untung dari kesusahan orang,” lanjut Wahyu.

Bongkar Celengan

Untuk membuka sendiri usahanya, Wahyu membongkar celengan yang dia tabung selama sekitar setahun. Bermodalkan uang itu, dia kemudan membeli perkakas tambal ban dan beberapa ban dalam dan luar.

“Saat itu terkumpul uang Rp400.000. Saya beli perkakas, dua ban luar, dan beberapa ban dalam. Mulailah saya menjalankan usaha itu dan mengiklankan di sosial media,” lanjut dia.

Wahyu bercerita awal mula viralnya dia di media sosial ketika dia membantu salah satu anggota tim SAR yang membutuhkan tambal ban. Setelah itu, dia kemudian semakin dikenal di media sosial karena tidak meminta biaya jasa saat menambal ban.

“Suatu hari saya ditag teman saya di postingan tim SAR yang butuh tambal ban di grup ICS [grup Facebook]. Saya kemudian meluncur ke lokasi dan setelah selesai menambal saya bilang dibayar seikhlasnya saja. Ternyata hal itu diunggah. Setelah itu mulai banyak yang tahu saya,” beber dia.

Baca Juga: Cerita Bupati Banjarnegara Adopsi 6 Anak Terlantar: Mereka adalah Tambang Emas

Saat ini, Wahyu mendapatkan tiga hingga lima panggilan jasa tambal ban setiap harinya. Pelajar SMK ini mengaku tetap berupaya untuk berprinsip tidak mematok tarif jasa tambal ban. Bahkan pelajar yang bercita-cita ingin punya bengkel sendiri itupun akan menerapkan hal serupa ketika sudah mewujudkan impiannya tersebut.

“Bahkan sampai saat ini kadang malam-malam ada yang datang ke rumah minta tolong ditambal bannya dan bilang tidak punya uang ya saya layani. Saya tidak pernah menghitung pendapatan saya setiap harinya. Intinya saya mau melaksanakan pesan ibu itu untuk membantu orang. Toh saya juga masih sekolah. Bahkan kalau saya nanti sudah punya bengkel sendiri, saya tetap mau menerapkan untuk tidak mematok tarif jasa,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya