SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan (Freepik)

Solopos.com, PURWOREJO — Selama ini masih banyak masyarakat yang berpegang pada kepercayaan larangan pernikahan antara Suku Jawa dan Sunda yang menjadi mitos dalam kehidupan. Mitos ini konon berkaitan dengan sejarah tentang Perang Bubat pada 1357 Masehi atau sekitar abad ke-14.

Dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (1/3/2022), perang ini terjadi pada masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda atau sekitar abad ke-14 Masehi. Perang ini menyebabkan gugurnya Prabu Maharaja Linggabuana beserta rombongannya dari Kerajaan Sunda saat melawan pasukan Gadjah Mada dari Majapahit.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Perang ini terjadi saat Prabu Hayam Wuruk hendak meminang Dyah Pitaloka, putri dari Kerajaan Sunda. Lantaran sang ayah gugur, Dyah Pitaloka pun sedih hingga melakukan bela pati atau bunuh diri untuk membela kehormatan kerajaannya.

Baca juga: Kisah di Balik Mitos Pernikahan Orang Sunda & Jawa

Tindakan ini diikuti pula oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi. Menurut tata perilaku kasta Ksatria, tindakan bunuh diri masal oleh para kaum perempuan Sunda itu dilakukan jika para kaum laki-laki gugur dalam medan perang dalam misi membela kedaulatan kerajaan.

Kisah tersebut menjadi salah satu alasan munculnya mitos larangan pernikahan Suku Jawa dan Sunda. Tepatnya pria Jawa dengan wanita Sunda.

Kisah itu berkembang menjadi mitos yang konon jika dilanggar akan menyebabkan prahara dalam rumah tangga. Meskipun demikian, ada juga yang tidak mempercayai mitos tersebut dan melakukan pernikahan antara Suku Jawa dengan Sunda.

Baca juga: Inilah Mula Mitos Larangan Pria Kudus Menikahi Wanita Jepara

Salah satunya adalah kisah pernikahan Raden Adipati Andeng dengan Retno Marlangen. Adipati Andeng adalah anak dari pendiri Kerajaan Singgelopuro bernama Haryo Bangah, putra sulung dari Sri Pamekas atau Muding Pamekas yang merupakan Raja Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Sedangkan Retno Marlangen adalah adik ipar dari Prabu Hayam Wuruk, Raja Kerajaan Majapahit.

Mereka bertemu di suatu tempat yang kini termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yaitu Kecamatan Loano.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya