SOLOPOS.COM - Nelayan pantai selatan Bantul (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Nelayan Bantul memilih menggunakan bahan bakr minyak untuk melaut daripada gas.

Harianjogja.com, BANTUL— Meskipun Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan program konversi gas untuk nelayan sejak tahun lalu, namun tak semua daerah siap menjalankannya. Salah satunya Kabupaten Bantul yang memiliki wilayah laut cukup luas dengan total 565 nelayan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain karena program konversi ke gas belum pernah diujicobakan ke nelayan oleh pemerintah daerah, nelayan setempat juga cenderung enggan beralih ke gas.

Ketua Kelompok Nelayan Pantai Samas Mugari mengatakan cukup kerepotan jika harus mengeluarkan biaya untuk membeli alat konverter. Pasalnya dalam satu tahun, rata-rata nelayan di pesisir selatan hanya mampu melaut selama enam bulan saja.

Itu pun jika cuaca sedang bagus. Jika tidak, bisa dipastikan nelayan hanya melaut selama beberapa bulan saja. Berbeda dengan nelayan di wilayah Cilacap yang sudah mulai beralih ke BBG. Menurutnya cuaca di pesisir utara cukup bersahabat dan nelayan dapat melaut sepanjang tahun. “Kapalnya juga besar besar, bukan jungkung seperti kami,” ungkap Mugari, Rabu (15/11/2017).

Ia juga khawatir akan ketersediaan BBG yang sering mengalami kelangkaan. Mugari menyoroti gas elpiji tiga kilogram yang sering habis, belum lagi harga yang cepat naik terutama untuk elpiji nonsubsidi. Untuk beralih ke BBG, ia menegaskan masih banyak hal yang harus dijadikan pertimbangan seperti keamanan, ketersediaan dan hitungan untung rugi bagi nelayan.

Sementara itu, salah satu nelayan di Pantai Depok Mistok mengatakan masih merasa cukup menggunakan pertalite sebagai bahan bakar perahunya yang menggunakan mesin dua tak. Menurutnya dalam sehari melaut ia hanya membutuhkan sekitar 10 liter pertalite saja.

Hingga kini ia berkeberatan jika harus beralih ke BBG. Alasannya belum ada hitungan pasti apakah penggunaan BBG lebih hemat daripada pertalite, atau malah sebaliknya. “Alatnya juga perlu dipikirkan, kalau gas kan biasanya pakai injeksi,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya