SOLOPOS.COM - Monumen Palagan Ambarawa di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng, merupakan saksi biksu perjuangan para pahlawan Indonesia dalam Pertempuran Ambarawa November 1945. (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa merupakan peristiwa bersejarah yang tidak bisa dilupakan begitu saja oleh masyarakat di Indonesia. Dalam peristiwa itu, ribuan tentara atau pejuang Indonesia gugur kala melawan tentara Sekutu yang berniat kembali menjajah Indonesia.

Meski demikian, dalam pertempuran yang berlangsung selama satu bulan, tiga pekan, dan empat hari, atau sejak 20 Oktober-15 Desember 1945 itu juga memunculkan sosok pahlawan atau pejuang-pejuang kemerdekaan yang memiliki jasa besar bagi Indonesia. Beberapa pahlawan atau pejuang di antaranya bahkan turut memberikan andil bagi masa depan kemiliteran Tanah Air melalui strategi peperangan yang dikenal dengan taktik supit urang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dikutip dari laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Pertempuran Ambarawa yang meletus di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), dipicu sikap Belanda yang tidak legawa dengan kemerdekaan Indonesia. Dibantu tentara Sekutu, Belanda ingin kembali menjajah Indonesia dan melakukan perlawanan di Magelang dan Ambarawa.

Namun, niat Belanda dan tentara Sekutu itu pun mendapat perlawanan dari para pejuang Tanah Air. Alhasil, pertempuran pun meletus di Ambarawa di mana pasukan Indonesia yang dipimpin Soedirman yang kala itu berpangkat kolonel berhasil memukul mundur Sekutu hingga ke Semarang.

Pertempuran itu pun memakan banyak korban jiwa baik dari Sekutu maupun tentara Indonesia. Meski demikian, pertempuran itu memunculkan sosok pejuang maupun pahlawan bagi Indonesia. Berikut daftar enam pejuang dalam Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa dikutip dari kebudayaan.kemendikbud.go.id, Sabtu (19/11/2022):

Baca juga: Kisah Mistis dan Pilu Dibalik Kegagahan Benteng Fort Willem I Ambarawa

1. Letkol Isdiman

Letkol Isdiman merupakan perwira Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang memiliki posisi sebagai Komandan Resimen TKR Banyumas. Isdiman menjadi prajurit kepercayaan Jenderal Besar Soedirman karena kecakapannya dalam berperang.

Peran Letkol Isdiman dalam Pertempuran Ambarawa adalah pengatur siasat. Kepiawaiannya membuat pasukan Belanda cukup kuwalahan. Namun sayangnya Letkol Isdiman harus gugur karena markasnya diserang oleh pesawat sekutu. Kakinya terkena peluru dari serangan udara. Letkol Isdiman gugur saat perjalanan ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan. Gugurnya Isdiman membuat Soedirman akhirnya turun tangan memimpin pasukan di Pertempuran Ambarawa.

2. Jenderal Besar Soedirman

Jenderal Besar Soedirman saat itu masih berpangkat Kolonel. Kala itu, ia merupakan Komandan Divisi V Banyumas.

Pertempuran Ambarawa membuat nama Soedirman semakin dikenang. Dalam pertempuran itu, ia memperkenalkan taktik supit urang untuk memutus jaringan komunikasi tentara Sekutu dan mengepung dari berbagai arah. Alhasil, tentara Sekutu pun takluk hingga memutuskan mundur ke Semarang.

Sayang, lima tahun setelah Pertempuran Ambarawa, Soedirman tutup usia. Pria yang lahir di Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), 24 Januari 1916, itu meninggal saat usia 34 tahun, tepatnya 29 Januari 1950 di Magelang. Ia meninggal akibat penyakit tuberkulosis yang dideritanya selama menjalankan perjuangan melawan penjajah Belanda.

Baca juga: Mengenal S.K. Trimurti: Tokoh Wartawan Perempuan Hebat, Pahlawan dari Boyolali

3. Letkol Gatot Seobroto

Gatot Soebroto merupakan putra kelahiran Banyumas pada tanggal 10 Oktober 1909. Beliau terlahir sebagai putra tertua dari 7 orang adik.

Peran Letkol Gatot Soebroto sebagai tokoh Pertempuran Ambarawa 1945 adalah kepala siasat. Beliau ikut mendampingi Jenderal Soedirman berperang melawan pasukan asing. Ia dipercaya sebagai komandan sektor front Ambarawa. Mengetahui jumlah persenjataan para pejuang kalah jumlah. Ia selalu menyemangati pasukannya agar pantang menyerahnya. Pidato perjuangannya selalu diberikan untuk membakar semangat para pejuang.

4.G.P.H Jati Kusumo

G.P. H Jati Kusumo merupakan putra Raja Paku Buwono X dan Raden Ayu Kironorukmi yang lahir di Surakarta, pada tanggal 1 Juli 1917. Beliau mendapat pendidikan militer sejak kecil sehingga tidak heran apabila kemampuan di bidang tersebut sangat terasah dan menonjol.

Baca juga: Yos Sudarso, Pahlawan asal Salatiga yang Sangat Menyayangi Keluarga

G.P.H Jati Kusumo adalah tokoh Pertempuran Ambarawa yang berperan sebagai Komandan Divisi IV. Tugas penting dari Divisi tersebut yakni mengejar dan mengepung tentara asing. Selama pertempuran Ambarawa ia dan pasukannya dapat menjalankan tugas dengan baik.

5.Surono Reksodimedjo

Surono Reksodimejo merupakan putra kelahiran Banyumas pada tanggal 6 September 1923. Peran Kapten Surono sebagai salah satu tokoh Pertempuran Ambarawa 20 November 1945 yakni dipercaya sebagai kapten yang berada di bawah pimpinan Letkol Gatot Soebroto.

Surono Reksodimedjo memegang posisi sebagai kapten dengan penuh kesungguhan. Dengan pengalaman dalam militernya yang cukup panjang, Surono mencurahkan segala kemampuan untuk melawan para tentara asing yang ada di Ambarawa.



6. Mas Sarbini Martodihardjo

Mas Sarbini Martodiharjo merupakan tokoh Perang Ambarawa yang bertugas memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat Resimen Kedu Tengah untuk menyerang tentara NICA di Jambu, Ambarawa. Berpangkat Letnan Kolonel, Sarbini memandu pasukan TKR untuk mengepung dan melakukan penyerangan terhadap tentara NICA di Jambu, Ambarawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya