SOLOPOS.COM - Bus jurusan Solo-Jogja menunggu penumpang di Terminal Tirtonadi, Solo, Jumat (10/6/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Perusahaan otobus atau PO yang melayani trayek Solo-Jogja bertumbangan akibat tak mampu bersaing dengan dengan bus Suroboyonan maupun kereta rel listik (KRL). Dari 11 PO yang pernah beroperasi di trayek tersebut, kini tinggal lima PO yang masih bertahan dengan jumlah total bus sebanyak 22 unit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Enam PO lainnya sudah gulung tikar. Kepala Urusan Lalu Lintas Terminal Tirtonadi Solo, Sunardi, saat diwawancarai Solopos.com, akhir pekan lalu, mengungkapkan lima PO yang masih bertahan itu yakni Langsung Jaya, Suharno, Putra Jaya, Jaya Putra, dan Sedya Utama.

Meski mencoba bertahan, jumlah bus yang dioperasikan masing-masing PO juga terus berkurang karena sepinya penumpang. “Dulunya ada belasan unit [per PO], sekarang tinggal dua, empat, tujuh unit,” terangnya.

Berdasarkan data Terminal Tirtonadi, Solo, PO Langsung Jaya saat ini hanya mengoperasikan empat unit bus, Sedya Utama tujuh unit bus, Suharno juga tujuh unit bus. Kemudian Putra Jaya mengoperasikan dua unit bus dan Jaya Putra juga dua unit bus.

Enam PO bus lainnya yang melayani trayek Solo-Jogja yakni Baker, Srimulyo, Pratama Mulya, Langen Mulyo, Merdeka, dan Antar Jaya sudah hilang dari peredaran. Head Manager PT Suharno Ragil Putra, Arif Indra Jati, mengatakan PO Suharno sudah mengikuti semua regulasi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengenai batasan usia bus yang beroperasi.

Baca Juga: Waduh! Pembangunan Tol Disebut Bakal Bikin Bus Solo-Jogja Kian Terjepit

Sesuai regulasi Kemenhub tahun 2015, Indra mengatakan armada angkutan umum maksimal usianya 25 tahun. “Armada Suharno paling tua tahun 1999 bermesin Mercedez Benz OF1113 atau sering disebut Mercy Prima dan yang paling muda Tahun 2016 bermesin Hino R260 mesin depan, yang biasa disebut Hino Lohan,” ungkap Indra saat diwawancarai Solopos.com, Minggu (12/6/2022).

Penambahan Jam Operasional

Menurut Indra, PO Suharno sempat mengajukan penambahan jam operasional trayek ke Kemenhub. Hal itu sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada penumpang, terutama untuk memperpendek masa tunggu keberangkatan bus agar penumpang terlayani dengan lebih baik. “Tahun 2019 saya pernah mengajukan ke Kemenhub untuk penambahan jam trayek Yogya-Solo tapi belum bisa,” ungkapnya.

Pengamat transportasi umum dari Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas, mengatakan pelayanan dan ketepatan waktu akan menjadi kunci bagi manajemen PO bus trayek Solo-Jogja untuk bisa bersaing dengan KRL maupun moda lainnya.

Baca Juga: KRL Unggul Di Kecepatan, Bus Solo-Jogja Dipilih Untuk Perjalanan Malam

“Masyarakat akan selalu menuntut pelayanan yang lebih baik dan tepat waktu. Ketika layanan KRL Yogya-Solo tak memberikan tawaran yang lebih baik, dan memberikan kepastian waktu, tentu masyarakat akan beralih ke KRL dan meninggalkan bus,” ucapnya.

Apalagi, lanjut Darmaningtyas, layanan bus tidak memberikan jaminan keamanan, kenyamanan, dan kepastian waktu. Keberadaan pengamen di bus-bus antar kota jelas merupakan salah satu faktor ketidaknyamanan naik bus.

Bahkan, Darmaningtyas memprediksi bus bumel Solo-Jogja akan hilang dalam tiga tahun ke depan jika PO pemegang izin trayek tersebut tidak berbenah dan berinovasi.

Membenahi Fasilitas

“Sangat mungkin [hilang] kalau mereka tidak berinovasi menjadi bus sedang atau ber AC, tertutup bagi pedagang dan pengamen, dan tidak punya jadwal keberangkatan yang jelas. Mereka bisa tutup dalam tiga tahun lagi,” ucapnya.

Baca Juga: Bus Solo-Jogja Bertahan Berkat Pelanggan Setia Yang Paham Sensasi Bumel

Kepala Terminal Tirtonadi Solo, Joko Sutriyanto, juga mengatakan satu-satunya cara agar PO bus trayek Solo-Jogja untuk bertahan adalah dengan memaksimalkan fasilitas agar mampu menarik perhatian penumpang.

“Bus Solo-Jogja terkena imbasnya [KRL] itu bisa sampai 10%, karena sekarang manajemen, kru kami tuntut untuk membenahi fasilitas, pelayan, busnya bersih. Sekarang bus-bus lintasan [Surabaya] itu bagus-bagus,” ucapnya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (10/6/2022).

Joko menambahkan adanya KRL harus menjadi pelecut bagi manajemen PO bus Solo-Jogja untuk mau mengubah fasilitas bus agar tidak kalah saing nantinya. “Ya dari kami hanya bisa memberikan saran untuk menambah fasilitas, busnya dipercantik, bersih, syukur-syukur sekarang banyak bus yang ada pramugarinya, itu bisa jadi referensi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya