SOLOPOS.COM - ilustrasi (dok)

Tiga kecamatan di Sukoharjo rawan kekeringan pada musim kemarau.

Solopos.com, SUKOHARJO — Tiga kecamatan di Sukoharjo rawan kekeringan saat musim kemarau. Ketiga kecamatan itu yakni Bulu, Weru, dan Polokarto.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketiganya selalu dipantau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo. Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana Alam BPBD Sukoharjo, Sarwiji, mengatakan telah melakukan pemetaan daerah rawan bencana alam pada 2015 lalu.

Ada tiga kecamatan yang selama ini menjadi langganan krisis air yakni Bulu, Weru, dan Polokarto. “Tak hanya kekeringan, kami juga memetakan daerah rawan bencana alam lainnya seperti banjir, tanah longsor, hingga cuaca ekstrem,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com seusai acara sosialiasi pelaporan tanggap darurat bencana alam secara online di Gedung Setda Sukoharjo, Selasa (1/8/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Ketiga daerah itu terus dipantau untuk memastikan masyarakat mendapatkan pasokan air bersih. Saat puncak musim kemarau, warga kesulitan mencari air bersih di wilayah masing-masing.

Sumber air seperti sungai mengering. Mereka mengandalkan pasokan air bersih yang dikirim donatur atau Pemkab Sukoharjo.

Wilayah Sukoharjo bagian selatan rawan kekeringan lantaran kondisi geografisnya berupa perbukitan dan pegunungan hampir serupa dengan Wonogiri. Kondisi tanah cukup gersang dan hanya ada beberapa sumber air yang menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Belum ada suplai pasokan air ke daerah rawan kekeringan. Sumber mata air masih bisa dimanfaatkan warga setempat untuk memenuhi kebutuhan air bersih,” ujar dia.

Biasanya, masyarakat mencari air bersih di sejumlah sumber air di perbatasan wilayah Sukoharjo-Wonogiri. Air bersih itu digunakan untuk mandi, memasak, dan mencuci.

Sarwiji menjelaskan warga kini memanfaatkan sumur dalam yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sukoharjo. Pembangunan sumur dalam disebar di sejumlah desa rawan kekeringan seperti Alasombo, Weru.

Jumlah sumur dalam di Kabupaten Jamu diperkirakan lebih dari 30 sumur. “Saya yakin jumlah warga terdampak bencana kekeringan bakal berkurang karena ada sumur dalam. Sumur dalam dibangun dengan mengebor tanah di lokasi sumber air.”

Sementara itu, seorang warga Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, Ilham, mengatakan sebagian warga memanfaatkan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sebagian warga lainnya mengandalkan sumur dalam.

Pada 2015, sebanyak 125 keluarga kesulitan mendapatkan air bersih saat puncak musim kemarau. “Kami hanya mengandalkan pasokan air bersih dari Pemkab dan perusahaan-perusahaan. Warga telah menyiapkan bak penampungan air di setiap dusun,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya