SOLOPOS.COM - Pimpinan Cabang Bank Artha Graha Semarang, Theo Dorosundar, memberikan pengarahan kepada para petani dalam program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Balai Desa Sukoharjo, Kalitidu, Bojonegoro, Jumat (29/9/2017). Sebanyak 89 petani menerima pinjaman kredit sebagai modal mengembangkan pertanian. (Ahmad Baihaqi/JIBI/Solopos.com)

Bumi Laras Hijau menggandeng berbagai pihak untuk menyalurkan KUR kepada petani.

Solopos.com, BOJONEGORO — PT Bumi Laras Hijau (BLH) menginisiasi program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para petani. Program itu sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap petani agar lebih sejahtera.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam melaksanakan program tersebut, PT BLH menggandeng Paguyuban Petani Organik QTA1, Hipmi, dan Bank Artha Graha International Tbk. Pencairan pinjaman dana usaha itu dilakukan di Balai Desa Sukoharjo, Kalitidu, Bojonegoro, Jumat (29/9/2017) dengan menyasar petani setempat dan beberapa wilayah di sekitarnya.

KUR itu bernilai Rp25 juta per petani yang akan diangsur selama 3 tahun. Petani tidak memerlukan jaminan dalam pencairan KUR dari Bank Artha Graha itu karena PT BLH yang akan menjaminnya sekaligus menjadi pendamping petani dalam melaksanakan usahanya.

Nantinya dana tersebut akan digunakan sebagai modal petani untuk bercocok tanam. Di sini, QTA1 berperan sebagai penyedia alat yang dibutuhkan petani dalam mengelola pertaniannya.

“Kami menyediakan pupuk organik lengkap. Ada pula pestisida organik yang bermanfaat bagi tanaman,” kata pemilik QTA1, Edy Sartono, saat ditemui di lokasi, Jumat.

Edy mengatakan petani di daerah Bojonegoro dan sekitarnya kerap menggunakan pupuk kimia. Selain tak bagus untuk tanah, bahan kimia juga tak terlalu efektif untuk mengusir hama wereng.

“Dengan menggunakan pestisida organik ini, wereng tidak akan makan padinya meski hewan tersebut tetap datang sehingga petani tetap bisa panen,” imbuhnya.

Program ini sendiri sudah disusun secara rapi, agar petani bisa fokus bekerja untuk mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas. Soal angsuran pinjaman, BLH siap menjamin. Begitu pula dengan hasil panen juga siap mereka tampung.

“Jadi hasil panen petani yakni masih berupa gabah kami ambil dengan harga pasar. Petani pun tak perlu bingung memasarkannya. Kami yang akan kelola,” urai Direktur PT BLH, Krisnohasmoro Murti.

Krisno menambahkan hubungan pihaknya dengan petani bersifat mitra. Sehingga nantinya akan terjalin keuntungan bersama. “Korporasi ya untung, petani ya untung. Karena memang kami tak hanya memberi modal, tapi juga mengajarkan pengelolaan modal itu agar digunakan sebagai mestinya. Bukan digunakan untuk keperluan lain,” tambah dia.

Sementara itu, salah soerang petani, Sujono, mengatakan dirinya sudah dua kali gagal panen. Dia kemudian menjajal pupuk organik dan pestisida organik sesuai anjuran temannya yang sudah lebih dulu menggunakan. Hasilnya, tanamannya saat ini dalam keadaan baik dan siap panen pada akhir masa tanam (MT) III nanti.

“Saat tau ada program ini, saya langsung tertarik. Modal diberi, produk yang dibutuhkan tersedia, sehingga tinggal kita fokus bekerja,” ujar pria yang mengelola lahan di Desa Simo, Kecamatan Suko, Kabupaten Tuban, tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya