SOLOPOS.COM - Ilustrasi kasus stunting. (Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI – Data anak dengan stunting di Boyolali berada di angka 8 persen atau ada 4.065 kasus stunting pada 2021. Angka tersebut termasuk rendah dibanding angka stunting di tingkat Jawa Tengah yang berada di angka 20 persen dan nasional 27 persen.

Pernyataan terkait data stunting di tingkat Kabupaten Boyolali hingga nasional tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali, Ratri S. Survivalina, saat dijumpai wartawan seusai acara peringatan Hari Keluarga Nasional di Pendapa Gedhe Boyolali, Rabu (29/6/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Penurunan angka stunting dengan program biasa itu rata-rata hanya 1,3 persen. Tapi kalau kami berupaya lebih keras lagi dengan melibatkan semua pilar pentahelix dan terintegrasi maka bisa turun dua persen setiap tahun,” ungkap Lina, panggilan akrabnya.

Ia mengungkapkan kelima unsur dalam pentahelix penurunan angka stunting terdiri dari pemerintahan, penegak hukum, media massa, dunia usaha atau swasta, dan masyarakat.

Lina mengatakan kolaborasi semua pihak dibutuhkan untuk menurunkan angka stunting. Ia mencontohkan dinas yang dipimpinnya berkomunikasi dengan Dinas Ketahanan Pangan Boyolali dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Boyolali untuk mengatasi stunting di Boyolali.

Baca juga: Peringati Harganas, Bupati Boyolali: Masih Ada 4.065 Kasus Stunting

“Salah satu penyebab stunting adalah adanya infeksi kronis akibat sanitasi yang kurang bagus. Itu nanti dibenahi oleh lintas sektor yang mengurus infrastruktur,” kata dia.

Orang Tua Asuh

Selain itu, Lina mengatakan (DP2KBP3A) Boyolali juga membuat program Orang Tua Asuh bagi anak stunting di Boyolali. Ia mengatakan bertepatan dengan Hari Keluarga Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan program Bapak Asuh.

“Penerapan program orang tua asuh nanti ketika kita menemukan kasus stunting akan kita keroyok dari lintas sektor. Kemudian nanti di lingkungan anak stunting, kami upayakan ada salah satu tokoh masyarakat entah itu ketua RT, kepala desa, atau kader PKK untuk membantu mengurus,” kata dia.

Baca juga: Desa di Sukoharjo Ini Galakkan Gemar Makan Ikan Demi Cegah Stunting

Sementara itu, Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, mengungkapkan hal senada dengan Lina. Ia juga mengatakan penurunan stunting di Boyolali harus dimulai dari kesadaran semua lini masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Untuk mencegah stunting, Bupati Said mengingatkan pentingnya untuk mengingatkan kesehatan calon pengantin, mensosialisasikan waktu tepat untuk hamil bagi pasangan suami-istri, dan meminimalisir pernikahan dini.

“Harapan kita semua, angka stunting berangsur-angsur menurun. Setidaknya sekian tahun kemudian, secara bertahap, Boyolali dapat mencapai nol kasus stunting,” terang dia.

Baca juga: Bakul Sapi Minta Penutupan Pasar Hewan Boyolali Tak Diperpanjang Lagi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya