SOLOPOS.COM - Ilustrasi hitung pajak (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Kendati pandemi belum berakhir, perekonomian Indonesia secara umum dinilai mulai membaik. Pemain pasar bisa mulai melakukan investasi ke reksa dana saham.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan, kondisi makroekonomi Indonesia saat pembatasan sosial di kuartal kedua tahun ini (PPKM) jauh berbeda dengan saat pembatasan sosial di kuartal kedua tahun lalu (PSBB).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Hal ini terlihat pada beberapa indikator domestik seperti aktivitas ekspor, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan vaksinasi.

“Saat PSBB, belum ada vaksinasi, aktivitas ekspor turun 12,5 persen YoY, target program PEN Rp695 triliun dan baru terealisasi Rp580 triliun di sepanjang tahun. Sementara saat PPKM, 68,1 juta warga telah divaksinasi, aktivitas ekspor telah mencapai 55,9 persen YoY, dan target stimulus PEN meningkat menjadi Rp745 triliun dengan realisasi Rp277 triliun hingga 16 Juli 2021,” jelasnya melalui keterangan resmi, dikutip Bisnis.com, Senin (23/8/2021).

Baca Juga: Keren! 3 Mahasiswa UNS Gunakan Abu Sekam Padi dan Cangkang Telur Jadi Pengganti Semen, Bisa Jadi Beton

Menurut Dimas, di tengah pandemi yang masih dihadapi masyarakat Indonesia, terselip potensi sumber pertumbuhan baru yaitu di sektor ekonomi digital.

“Kehadiran dan inovasi sektor digital dalam kondisi pandemi memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi dengan memberikan sarana bagi masyarakat dan dunia usaha untuk melakukan berbagai aktivitas dan menghindari kelumpuhan total ekonomi,” jelasnya.

Merujuk e-Conomy SEA Google Temasek Bain & Company 2021, penetrasi pengguna digital baru di Indonesia tercatat tumbuh 37 persen sejak pandemi, dan menariknya 93 persen dari pengguna baru tersebut berniat untuk terus menggunakan layanan digital secara permanen setelah pandemi.

Saat ini Indonesia memiliki nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara. Di tahun 2025, diperkirakan Indonesia akan menyumbang 40 persen dari nilai ekonomi digital di Asia Tenggara, dengan e-commerce sebagai penyumbang terbesar bagi ekonomi digital Indonesia dengan perkiraan nilai US$ 83 miliar.

“Pemilihan investasi selektif pada sektor usaha yang menawarkan peluang pertumbuhan dan momentum yang baik sangat krusial untuk mendorong investor kinerja portofolio. Prospek ekonomi digital Indonesia yang sangat cerah mendorong tingginya minat akan sektor teknologi dan berpotensi meningkatkan bobot pasar saham Indonesia pada indeks global,” imbuhnya.

Baca Juga: Krisis Peternak Muda, Danone Indonesia Ajak Perguruan Tinggi Dorong Regenerasi

Potensi Peluang

Selain itu, Dimas menjelaskan, masih ada potensi peluang pada beberapa saham big caps yang telah terkoreksi cukup dalam untuk dapat kembali unggul begitu situasi pandemi membaik dalam beberapa bulan mendatang.

“Kinerja LQ45 yang masih tertekan sepanjang tahun ini mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia yang masih kurang menentu menghadapi pandemi yang berkepanjangan. Namun, jika PPKM efektif menekan angka penyebaran Covid-19, ada harapan positif ke depan,” tambahnya.

Terlebih, jika vaksinasi bisa diakselerasi untuk mencapai herd immunity sehingga dapat mencegah risiko gelombang kasus Covid-19 berikutnya yang dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi.

“Memang masih ada risiko yang perlu dicermati, seperti efektivitas penanganan pandemi, laju vaksinasi, perubahan komunikasi dan kebijakan The Fed, serta peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara. Namun, saat ini adalah entry point yang menarik di reksa dana saham bagi investor yang forward looking, melihat potensi pemulihan ekonomi Indonesia,” kata Dimas.

Baca Juga: Krisis Peternak Muda, Danone Indonesia Ajak Perguruan Tinggi Dorong Regenerasi

Adapun, menurutnya, masa seperti ini cocok untuk investasi reksa dana. Sebagai gambaran, reksa dana Manulife Saham Andalan (MSA) dan Manulife Greater Indonesia Fund (MGIF), yang memperoleh rating bintang 5 dari Morningstar Rating pada Juni 2021, memiliki imbal hasil yang melampaui tolok ukur masing-masing.

MSA membukukan imbal hasil sebesar 27,43 persen YTD Juli 2021, jumlah ini melampaui tolok ukur MSA yaitu IDX80 sebesar -12,25 persen. Kemudian MGIF memberikan imbal hasil 24,22 persen YTD Juli 2021 yang melampaui tolak ukur MGIF yaitu IDX80 dalam USD pada -14,78 persen.

“Tentu perlu diingat bahwa reksa dana saham memiliki tingkat risiko dan volatilitas yang cukup tinggi, sehingga akan lebih sesuai untuk tujuan investasi jangka panjang,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya